[ Sejarah Perjalanan IPPNU ] |
Sejarah, sebagaimana diingatkan Kitab Suci al-Qur'an, mengandung pelajaran berharga bagi penetapan langkah ke depan. Namun, sejarah hanya akan membuahkan pelajaran manakala para pelakunya mengembangkan kemampuan analitis atas seluruh peristiwa yang terjadi dan membangun konstruk kesadaran baru. Dalam konteks perkembangan suatu kelompok, pelajaran yang dapat dipetik dari sejarah adalah, berbagai peristiwa yang menyertai perkembangan tersebut secara kumulatif menjadi ingatan dan kesadaran bersama (collective memory and consciousness) bagi para anggotanya dan secara "struktural" mewarnai seluruh langkah kolektif mereka ke depan. Jadi, penulisan buku sejarah seperti yang dilakukan oleh IPPNU ini, haruslah diposisikan sebagai bagian dari upaya pengembangan kemampuan analitis dan pembentukan kesadaran baru para anggotanya. Dengan positioning seperti itulah, sejarah masa lalu akan memberikan makna yang mendalam bagi perjalanan IPPNU di masa datang, baik menyangkut hakikat keberadaannya maupun peran-peran historis yang ingin diraihnya. Antara lain karena alasan seperti itulah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyambut baik penulisan dan penerbitan buku sejarah IPPNU yang sekarang ada di hadapan para pembaca. Sebagai bagian tak terpisahkan dari Nahdlatul Ulama (NU), dinamika perkembangan IPPNU berkaitan erat dan sangat dipengaruhi oleh Nahdlatul Ulama, perjalanan kesejarahan organisasi pelajar ini sempat mengalami tekanan berat, terutama pada dua dekade terakhir, ketika pada akhirnya harus menjalani proses ketidakjelasan identitas dan mengubah diri menjadi Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama. Perubahan nama ini jelas mengindikasikan "loncatan generasi" dari dunia pelajar ke dunia kepemudaan agar dapat bertahan diri dari tekanan eksternal. Secara internal, perubahan ini membawa dampak semakin jauhnya wilayah kepedulian IPPNU dari dunia pelajar dan kesiswaan. IPPNU lalu dipimpin oleh generasi yang berusia dewasa. Meskipun situasi eksternal dewasa ini sangat memungkinkan perubahan identitas diri, kembali menjadi pelajar, hal itu tidaklah secara otomatis dapat dengan mudah mengubah situasi internal yang telah berlangsung sekian lama. Reorientasi tetap memerlukan proses, baik pada tataran organisasi maupun personalia. Kembali ke jatidiri semula sebagai organisasi pelajar, selain harus melalui proses di atas, juga memerlukan pengkajian mendalam mengenai kebutuhan-kebutuhan baru yang dirasakan dunia pelajar dan kesiswaan dewasa ini, serta perubahan sosial secara umum yang dialami masyarakat. Bagaimanapun, secara nalar dapat dipahami bahwa kebutuhan utama dunia pelajar dan kesiswaan adalah memperoleh pendidikan dasar yang layak, yang mampu menyediakan kesempatan luas bagi pengembangan dasar-dasar kepribadian, mendorong daya kreasi dan rasa ingin tahu, serta memungkinkan pengembangannya lebih lanjut pada jenjang yang lebih tinggi. Kebutuhan asasi inilah yang seyogyanya menjadi arah utama kepedulian IPPNU di masa depan. IPPNU kini dituntut untuk segera mengubah diri kembali menjadi organisasi pelajar yang responsif terhadap kebutuhan dunia pelajar dan kesiswaan. Sebagai organisasi yang secara spesifik bernuansa gender, IPPNU dapat secara aktif mengembangkan potensi pelajar putri di seluruh tanah air untuk mempersiapkan diri lebih baik menghadapi tantangan masa depan yang sangat kompetitif. Kegagalan proses penyeragaman dunia pelajar dan kesiswaan di masa lalu mengajarkan, bahwa hanya dengan menghormati pluralitas (termasuk dalam persoalan gender) dan membuka peluang berkompetisi penuh dengan siapapun, para pelajar putri dapat mengaktualisasikan potensi mereka. Mudah-mudahan, penulisan dan penerbitan buku sejarah IPPNU ini dapat menjadi simbol kesadaran warga IPPNU dalam mempedomani peringatan Al-Qur'an tentang makna sejarah untuk masa depan. Sekali lagi, PBNU merestui dan mendukung penerbitan buku sejarah IPPNU. Jakarta, 2 Maret 2000
K.H. Achmad Hasyim Muzadi
|
|