[ Sejarah Perjalanan IPPNU ] |
Bismillahirrohmanirrohim. Segenap pujian kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala kemurahan dan kasih sayang-Nya sehingga dengan segala kendala yang kami hadapi buku "Sejarah Perjalanan IPPNU" ini dapat terselesaikan. Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah buku pertama tentang sejarah
berdiri, tumbuh, dan berkembangnya IPPNU. Buku ini bercerita sejak IPPNU
didirikan 45 tahun silam di Malang, sampai menjelang kongresnya ke-12 di
Ujung Pandang tanggal 22-25 Maret 2000, yang pada saat buku ini ditulis
sedang dalam persiapan.
Informasi awal kami kumpulkan dengan mewawancarai mantan-mantan ketua umum IPPNU. Dari 10 orang ketua, 8 orang di antaranya tinggal di Jakarta, satu orang di Malang, dan seorang lagi di Tuban. Kami juga mewawancarai salah satu penggagas IPPNU, Ny. Nihayah Achmad Siddiq, yang kebetulan kami temui di sela-sela seminar yang diadakan PP Muslimat NU di Jakarta. Selanjutnya kami berbincang-bincang dengan Ny. Lily Wahid untuk mengetahui kiprah IPPNU semasa bergabung dengan KAPPI. Untuk mendapatkan informasi tambahan kami mewawancarai sejumlah anggota IPPNU ketika pertama kali organisasi ini didirikan. Untuk lebih membantu memperjelas peranan IPPNU, tidak lengkap rasanya
jika tidak mendapat keterangan dari saudara kandungnya, IPNU. Dalam waktu
yang demikian singkat, tidak mungkin jika kami harus mewawancarai satu
demi satu mantan-mantan ketua IPNU. Penelusuran akhirnya kami jatuhkan
kepada Drs. Asnawi Latief yang telah mengawal IPNU pada masa-masa sulit.
Tidak berlebihan jika kami katakan bahwa beliau yang membukakan pintu informasi
ke arah rekonstruksi sejarah IPPNU secara lebih utuh. Setelah bahan-bahan
kami kumpulkan, penulisan kami lakukan selama kurang lebih dua bulan sejak
bulan Januari sampai awal Maret tahun 2000.
Kami yakin buku yang kami suguhkan ke hadapan pembaca ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran akan kami terima dengan senang hati. Semoga kehadiran buku ini mampu memperjelas konstruksi sejarah IPPNU, yang selama ini belum mendapat tempat yang semestinya dalam dunia kepemudaan di tanah air. Akhirnya, kepada Allah jualah kami berserah diri. Jakarta, 7 Maret 2000
|
|