[ Tabayun Gus Dur / Abdurrahman Wahid ] |
Badai menyerang Abdurrahman Wahid dari dua arah. Pak Kiai yang akrab dipanggil Gus Dur ini dituding warga Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjagokan Jendral (Purn.) L.B. Moerdani sebagai calon presiden mendatang. Lalu, belum lagi isu suksesi "serius" ini teredam, acara halal-bihalal
Forum Demokrasi di Taman Ismail Manuki (TIM) dilarang oleh petugas keamanan.
Ketua Tanfidziah Nahdlatul Uiama (NU)
Tokoh ini membeberkan banyak hal. Mulai dari kekecewaannya,
Halalbilhalal Forum Demokrasi, kok, dilarang pihak kepolisian. Sebenamya ada spa sih? Ya, nggak tahu. Jangan tanya saya, dong. Itu orang lain. Yang
Katanya tidak ada izin dan tidak sesuai prosedur? Sudah, sudah... Pokoknya kita mengajukan perizinan sepuluh
Pada waktunya nggak boleh, mau diapakan? Kita juga nggak
Ada yang menyarankan agar diajukan ke PTUN? Ah, nggak usah.....ngapain sih? Kita juga sudah tahu.
Memangnya menang kita di sana! Nggak juga. Kok, pakai ke PTUN segala.
Nggak, ah.. Kita kemarinkan bukan soal mengetes, kok. Kita
Rapat Akbar NU yang lain tidak dilarang, tapi kenapa halalbihalal Forum demokrasi dilarang? Ya, karena NU orangnya banyak. Orang yang melarang jadi takut? Bukan begitu. Karena orangnya banyak, jadi gampang ketahuan. Karena
banyak yang ribut, orang sudah keburu tahu. Ini (Forum Demokrasi) hanya
beberapa orang saja, nggak ada yang tahu.
Anda 'kan dekat dengan banyak pejabat pemerintah, tapi kok
Anda tafsirkan saja sendiri. Atau karena Anda kurang dekat dengan aparat keamanan? Iya, memang nggak kenal. Ribut-ribut soal pelarangan halalbilhalal Forum Demokrasi, secara bersamaan, muncul juga ribut-ribut surat-menyurat antara Gus Dur dan Ismail Matereum. Gus Dur mendengar selentingan, di lingkungan warga PPP beredar isu dirinya disebut-sebut tak lagi mendukung kepemimpinan Presiden Soeharto. Terbetik kabar, di PPP juga ada kasak-kusuk Gus Dur menyetujui posisi itu bakal ditempati oleh Menhankam L.B. Moerdani. Mendengar kabar burung ini, Gus Dur dalam kapasitas sebagai
Segera pula Buya Ismail Hasan melayangkan surat jawaban. Ia
Konon, cerita yang didengamya itu berasal dari suatu diskusi
Ceritanya, sang diplomat bertanya kepada Nurcholis Madjid,
Nurcholis Menjawab, "Umat Islam tidak akan menerima." Lalu
Selanjutnya, dalam suatu pertemuan dengan warga PPP, hasil
"Cuek..cuek Saya sudah kebal, " katanya sambil tertawa. Bagaimana reaksi Pak Harto mendengar isu ini? Eh, saya 'kan sudah bilang, Pak Harto ketawa saja dengar begituan. Ini badut-badut apa lagi yang muncul, ha..ha...ha. Pak Harto mengatakan begitu? Ya, paling-paling begitu. Kalau saya jadi Pak Harto, saya pun
Apakah beliau akan terpilih lagi menjadi presiden? Ya, terserah, bukan urusan saya. Itu urusannya MPR. Menurut Anda, bagaimana syarat-syarat bagi seorang pemimpin nasional? Saya nggak usah jawab, dah. Nanti Anda pakai saya untuk
Mengenai pencalonan L.B. Moerdani bagaimana? Saya nggak punya komentar apa-apa. Ah, yang lainnya juga
Benarkah menurut logikanya L.B. Moerdani tidak bisa jadi
Bukan logika .... realitas politik itu begitu. Melihat kualitas pribadinya, apakah dia memungkinkan jadi
Itu banyak, ada beberapa orang, nggak hanya satu. Siapa saja itu, Gus Dur? Ah, nggak usah saya sebut. Kenapa harus saya sebutkan, cari
Apakah Anda melihat ada calon dari orang pemerintah atau non pemerintah? Enggak usah saya sebut, deh. Negeri ini cukup kaya dengan
Kalau dalam kabinet mendatang Anda diangkat menjadi menteri agama, misalnya, Anda mau menerimanya? Wah, jadi yang begini-begini saja cukup. Biar ngegembel saya
Kalau jadi wakil presiden? Orang saya kerjanya cuma mengumpulkan "coleng" kok, ya
Kalau tiba-tiba ada yang mengusulkan jadi presiden, bagaimana? Presiden Taksi saja, deh. Masak saya dicalonkan jadi presiden?
Bagaimana mengenai isu suksesi Ngapain ribut-ribut soal suksesi, sudah siap calonnya belum?
Jadi Anda tidak melihat ada calon lain sekarang ini? Lha, Anda mencalonkan siapa? Rudini sudah mulai dicalonkan orang? Kekuatannya kurang. Kekuatan apa? Ya, kalau mau jadi pemimpin harus punya perangkat pendukung. Ini terdiri dari konfigurasi kekuatan. Sekarang saya cuma melihat ada dua orang punya itu, yakni Pak Sudharmono dan Pak Benny. Satunya punya dukungan kuat di birokrat, cuma apakah dia didukung ABRI! Satunya lagi punya basis kuat di ABRI, tetapi beragama Katolik. Lain siapa yang pantas dicalonkan selain Pak Harto? Mana saya tahu? Orang-orang di atas sana sulit dibaca. Setahu
Pak Benny juga ingin ke sana. Pernah dia mengobrol dengan
Kalau realitas politik kita begitu, berarti bangsa Indonesia kurang dewasa atau kurang demokratis? Eh, nggak bisa dibilang begitu saja. Contohnya sekarang, Partai
Anda banyak bicara tentang suksesi tapi tidak mencalonkan orang. Bagaimana ini? Lho, saya bicara tentang proses. Saya nggak dukung siapa-siapa.
Apa yang Anda maksud dengan proses suksesi? Ya, melalui MPR, bukan dengan ribut-ribut di luar Sekarang ini, sudah tepatkah bagi kita untuk membicarakan soal suksesi? Boleh-boleh saja, dong, untuk bicara. Ya, memang seharusnya
Yang Anda maksud kita tidak ada dialog itu, dialog tentang apa? Ya, artinya dialog kita seharusnya sudah menyangkut soal suksesi. Kalau tidak ada itu, ya nggak ada dialog. Apa sebab tidak ada dialog itu sekarang ini? Nggak tahu ... jangan tanya saya. Seluruh bangsa tidak mau, ya
Anda kelihatannya mulai frustrasi menghadapai keadaan ini? Ndak, siapa yang bilang saya frustrasi. Kita bicarakan saja. Kita
Anda sudah cukup lama mempejuangkan demokrasi, misalnya,
Oh, yakin dong. Ini masih panjang. Dan, perjuangan juga bisa
Apa reaksi warga NU terhadap isu surat-menyurat Anda dengan pemimgin PPP? Nggak, ada. NU, sih dewasa. Sejak isu-isu itu muncul Anda pernah bertemu Buya Ismail
Ah, belum. Lewat Tilpun? Belum. Nggak perlu. Orang saya tidak mau ngapa-ngapain, kok.
Anda sadar bahwa Anda sering dapat serangan seperti ini. Apa Anda tahu, ada maksud kelompok tertentu terhadap diri Anda? Ya, biarkan saja. Dari dulu juga saya diserang terus. Saya nggak
ambil pusing. Anda kira serangan itu baru sekarang saja. Sejak tahun
Kok bisa begitu? Biasalah, kalau orang membawa pikiran-pikiran baru, 'kan selalu ada yang nggak terima. Kita tidak boleh berhenti. Dengan hanya tidak diterima lalu berhenti, ya, sudah jangan berpikir. Lain, serangan ini, 'kan bisa berdampak terhadap warga NU karena Anda pemimpin mereka? Orang NU jadi dewasa karena saya cuek. Bukan warga NU-nya cuek. Kalau
saya cuek 'kan warga NU akan bertanya, berpikir,
Bagaimana sebenarnya urusan Anda di Forum Demokrasi? Di sana saya juga tidak ingin apa-apa. Saya hanya ingin menyumbang tenaga.
Perkara saya jadi dipilih jadi ketuanya, itu karena saya diangkat. Tapi,
kalau ada yang pingin pegang, saya lebih senang lagi. Dari dulu saya berpendapat,
pengabdian tidak perlu dengan kedudukan apa-apa. Orang mengabdi bisa dalam
kapasitas
Apa sebenarnya tujuan Anda mendirikan organisasi itu? Bukan saya sendiri dong, melainkan bersama teman-teman. Kita
Apa hal ini tidak menimbulkan friksi dengan pemerintah? Memangnya kita salah apa? Diawasi intel? Biarlah... Kalau kita
Pembentukan Forum Demokrasi ini apa ada hubungannya dengan pemilu 1992? Nggak ada hubungannya. Apa kami pada berebutan jadi calon
Sepertinya Anda banyak melibatkan diri dengan masalah. Sikap dan tindakan Anda sering kontroversial. Siapa bilang? Saya cuma ingin melemparkan gagasan-gagasan
Nantinya 'kan jadi polemik? Ya, bukan. Cuma mengajak berpikir, kok. Minta perhatian masyarakat tentang
suatu hal itu bukan berarti cari polemik. Syukur
Anda pernah mengatakan, orang banyak bicara tentang demokrasi tapi maksudnya lain-lain. Ini apa maksudnya? Ya, kan mereka ngomong sudah ada demokrasi dengan mengatakan sudah ada
lembaganya. Ada MPR, ada DPR, ada BPK. Ya,
Yang Anda maksud orang di sini, rakyat atau birokratnya? Semua, secara keseluruhan Bagaimana caranya agar orang-orang ini dapat berperilaku demokratis seperti yang Anda maksudkan? Itu proses yang saya nggak bisa ngomong. Ya, harus dibicarakan sama-sama. Anda bertanya begitu pun membuktikan Anda tidak mengerti
Jadi, sampai kapan kita bisa mencapai demokrasi sesuai dengan yang kita kehendaki? Ya, sampai pada masyarakat yang setidaknya sudah melaksanakan demokrasi,
walaupun itu nggak sempurna. Tadi, hal-hal yang
Kemudian kebebasan berorganisasi dan berserikat, kebebasan
Apa kendala sebenarnya yang menghambat proses demokratisasi di negeri ini? Ya, budayanya itu, lho. Budaya berdemokrasi belum tumbuh
Sudah siapkah rakyat kita sekarang untuk menerima demokrasi dalam arti sesungguhnya? Dari dulu rakyat sudah demokratis. Di mana saja rakyat demokratis. Dimulai dari suku-suku sampai masyarakat yang berukuran besar. Ada pendapat, salah satu kendala demokratisasi di negara kita disebabkan masih dianutnya budaya feodalisme, rakyat masih menunduk-nunduk kepada raja. Tapi, mereka tetap saja dikatakan negara demokratis. Mana, Jepang lebih feodal. Cuma nunduk-nunduk itu 'kan tata
Siapa bilang kalau Sultan Hamengku Buwono feodal? Kurang apa, dia 'kan Sultan. Tapi ia bukan feodalis. Perilakunya adalah perilaku seorang demokrat. Sebaliknya, seorang camat bisa saja dibilang feodalis kalau dia memaksa orang lain untuk menghormatinya, tunduk sama dia segala macam. Terus dia menciptakan perangkatnya sendiri untuk itu. Orang disuruh-suruh menunduk di depan dia, muji-muji terus, Ya, kayak itulah .... Lha, ini 'kan feodalisme baru. Jadi, letak kendalanya sebenarnya dari penguasa? Ya, semuanya... pemerintah nggak mungkin begitu kalau tidak
Ambil contoh, Rusia, yang 70 tahun diperintah komunis. Tapi
Apa proses demokratisasi di Indonesia harus seperti Rusia? Ya, bentuk pejuangan kita untuk demokratisasi tidak separah
Jadi, yang mulai duluan kesadaran seperti itu harus birokrat,
Seluruh bangsa, bukan birokrat saja. Itu yang legislatif 'kan
Menurut Anda, adanya angin keterbukaan ini datangnya dari
Pengaruh globalisasi sebetulnya nggak langsung. Ada juga
Apa yang Anda maksud dengan dinamika intern? Perbedaan antara kepentingan antara kelompok-kelompok yang ada di pemerintah. Perbedaan kepentingan itu 'kan mendorong munculnya perdebatan. Itu berarti keterbukaan. Banyak kalangan berpendapat, sekarang ini masih diperlukan militer untuk duduk di pemerintah. Sebab, kalau tidak, dikhawatirkan persaingan klasik antara golongan nasionalis dan Islam muncul lagi. Sekarang pendapat itu sudah nggak laku lagi. Nasionalis itu
Mengenai ICMI, bagaimana komentar Anda? ICMI sih, nggak ada urusan. Anda kan dulu pernah diajak masuk? Iya, setelah setengah jalan, saya disodorkan untuk menjadi anggotanya,
kalau mau masuk organisasi tentunya 'kan saya lihat-lihat dulu asal ususlnya,
AD/ART-nya. Setelah saya baca-baca, saya
Mengenai gejala sektarianisme, siapa sebenamya yang Anda
Bukan ICMI, kok. Begini, sekarang 'kan ada gejala sektarianisme yang
kuat. Ada saling tuding terhadap upaya Kristenisasi atau
Anda pernah mengatakan, sistem ketatanegaraan kita dalam
Ya, memang kita seolah-olah. Seolah-olah demokrasi, padahal
Kalau nggak ada borok, kenapa di Aceh ada gerakan pengacau
Bagaimana mengenai Pemilu mendatang, apa sudah ada tanda-tanda demokratis? Belum, masih jauh. Kalau calon masih dilitsus, mana bisa .... Kalau belum ada komisi yang menjalankan pemilu secara independen...
Sekarang 'kan pemilu itu boleh dikatakan apa kata
|
|