[  Einar Martahan Sitompul / NU dan Pancasila ]

 
Kata Pengantar
oleh Pdt. Victor J. Tanja, M.Th, PhD

Karya tulis ilmiah yang kemudian menjadi buku ini merupakan suatu sumbangan berharga bagi pengetahuan tentang salah satu aspek kehidupan bangsa Indonesia yang kita cintai bersama.

Walaupun ini merupakan suatu studi tentang Islam, namun sebagaimana kita ketahui, perkembangan kehidupan bangsa ini sejak semula dan sampai saat ini, tidaklah pernah terlepas dari hidup perkembangan dan pengaruh Islam sebagai anutan sebagian besar rakyat dan bangsa kita. Khususnya suatu studi tentang NU dan Pancasila, lebih lagi memberikan bobot yang sangat bernilai bagi pemahaman kita tentang dinamika kehidupan bangsa kita ini.

Tak dapat disangkal lagi oleh siapa pun, bahwa NU sebagai suatu organisasi para ulama Muslim, sejak permulaan munculnya gerakan kemerdekaan bangsa telah memberikan sumbangan besar baik dalam bentuk pikiran maupun dalam bentuk tenaga bagi tercapainya cita-cita bangsa yang terwujud dalam proklamasi kemerdekaan negara RI sampai pada saat pengisian kemerdekaan dengan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

Untuk menguraikan sumbangan itulah maka studi ini dilakukan, seperti yang telah dilakukan oleh penulis, Sdr. Pdt. Einar Sitompul, M.Th, dalam ringkasan yang ditulisnya dalam bahasa Inggris, maka karya tulis ilmiah ini dibagi atas 5 bagian besar.

Dalam bab I, penulis mengungkapkan latar belakang berdirinya NU yang mempunyai hubungan erat dengan pertumbahan Islam di Indonesia. Pertumbuhan Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh alur pemikiran sufisme (mistik Islam) yang telah menyebabkan Islam diterima dengan cepat terutama di Jawa. Para ulamalah yang berperanan penting dalam usaha ini. Khususnya di Jawa, menurut penulis karena peranan ulama sufi itu, maka Islam telah diterima bukan sebagai suatu pengganti dari budaya lama, tapi sebagai kesinambungan dari budaya lama tersebut.

Dalam bab II, penulis menguraikan terbentuknya NU sebagai organisasi agama (jamiah diniyah) dengan bertolak dari latar belakang tampilnya gerakan pembaharuan Islam (Tajdid).

NU dengan tegas mengikuti tradisi Nabi sebagai yang diajarkan oleh keempat mazhab dan dalam anutan sufi, NU berpegang pada ajaran al-Junaidy, sedangkan dalam berteologis, NU mengikuti ajaran al-Ash'ari dan al-Maturidi. Dengan berbuat demikian maka NU berpegang teguh pada unsur-unsur penting ajaran Islam, namun menyelaraskannya dengan pikiran-pikiran baru.

Bab III memberikan penguraian tentang pergulatan NU dalam gelanggang politik Indonesia dengan segala permasalahannya. Dimulai dengan duduknya NU dalam Masyumi, sampai dengan saat keluarnya NU dari Masyumi dan menyatakan diri sebagai partai politik yang tersendiri.

Bab IV menggambarkan bagaimana NU sebagai partai politik menghadapi berbagai tantangan perubahan dalam pertumbuhan politik bangsa. Dalam menghadapi gerakan Darul Islam umpamanya, NU berpendirian bahwa Pemerintah Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah sah menurut hukum Islam. Menurut penulis, sikap NU yang fleksibel seperti ini telah turut menentukan kemampuan NU untuk hidup di Indonesia, yang tentunya lain daripada apa yang dilakukan Partai Masyumi. Dalam menghadapi pemberontakan PKI, NU telah dengan tegas bersama dengan ABRI turut menumpas gerakan pengkhianatan tersebut. Setelah Orde Baru tampil sebagai pemenang, dan usaha penyederhanaan partai politik dicanangkan, maka NU bersama-sama dengan partai Islam lainnya menyokong usaha tersebut dengan membentuk suatu wadah politik yang bernama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Penulis berpendapat bahwa sama seperti di masa lampau, maka dalam PPP para politikus selalu meremehkan peranan ulama, sehingga terjadi lagi pertengkaran baik dalam tubuh PPP maupun dalam tubuh NU sendiri.

Bab V memberikan analisis tentang berkembangnya pemikiran untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Hal ini telah memperhadapkan NU dengan suatu perkembangan politik baru. Dalam mengatasi permasalahan ini NU menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan sekaligus NU menyatakan kembali kepada Khittah 1926, sebagai suatu organisasi agama (jamiah diniyah).
Adapun alasan penerimaan tersebut menurut penulis ialah:

  1. NU menerima Pancasila berdasarkan keyakinan bahwa Islam adalah agama fitrah yang mengakui adanya nilai-nilai yang baik dalam masyarakat dan yang dapat disempurnakan melalui pendalaman agama.
  2. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila, dilihat oleh NU sebagai hal yang sama dengan ajaran tauhid dalam Islam.
  3. Karena kaum Muslimin telah turut merumuskan Pancasila sebagai dasar negara sejak semula dan oleh sebab itu Pancasila itu adalah sah dan merupakan bentuk terakhir dalam perjuangan nasional.
Pada akhirnya, penulis mengambil kesimpulan bahwa NU adalah suatu organisasi agama yang bersikap fleksibel terhadap setiap perbaikan dan perubahan. Sikap demikian telah terjadi dengan selalu mendasarinya pada pemikiran tradisional sebagai pengikut ahlu sunnah wal jama'ah. Menurut penulis keputusan yang diambil NU untuk kembali pada tujuan semula sebagai organisasi agama lebih bermanfaat bagi pertumbuhannya dalam menghadapi berbagai tantangan yang diakibatkan oleh proses modernisasi masa kini.

Itulah sekelumit kata pengantar yang kiranya bermanfaat dalam membimbing pembaca pada suatu tinjauan sekilas terhadap isi karya tulis yang berharga ini.

Sebagai seorang yang beruntung karena ditunjuk untuk mendampingi Saudara Einar Sitompul dalam menyelesaikan tugasnya ini, maka saya telah banyak dibantu oleh kesungguhan dan ketabahan serta kerja keras yang tiada mengenal lelah yang telah diberikan oleh penulis.

Harapan saya sekali lagi ialah bahwa dengan terbitnya buku ini seluruh bangsa dan rakyat kita memperoleh manfaat yang tak terhingga khususnya dalam mendalami dan menghayati dinamika kehidupan NU sebagai bagian yang tak terpisah dari kehidupan bangsa Indonesia.

Jakarta, 5 Desember 1988

Pdt. Victor I. Tanja, M.Th, PhD
 


 
www.muslims.net/KMNU - Copyright © KMNU Cairo - Egypt