Abdurrahman
Wahid Putra sulung Wahid Hasjim ini lahir pada 194O. Menyelesaikan pendidikan
SMTP dan SMTA umumnya di Jakarta dan Yogyakarta, sambil belajar bahasa
Arab di pesantren Kiai Ali Ma'shum pada sore hari. Pendidikan ini ditambah
dengan dua tahun di pesantren Tegalrejo dan satu tahun di Tambakberas (Pesantren
Kiai Wahab Chasbullah Jombang), dimana dia juga mulai mengajar. Pada 1963
dia berangkat ke Mesir untuk belajar di Al-Azhar; tidak puas dengan tingkat
pendidikan di sana dia pindah ke Bagbdad, dia mendaftar pada fakultas Adab
dan meneruskan studinya sampai 1970.
Pada 1971 dia kembali ke Indonesia dan mulai mengajar di Jombang. Dari
1974 s.d. 1979 dia menjabat sebagai sekretaris pesantren Tebuireng, kemudian
pindah ke Jakarta dimana dia menjadi seorang tokoh terkemuka dalam kehidupan
budaya kota besar itu. Dia menjadi seorang kolumnis yang menulis beragam
pokok persoalan, aktif di berbagai organisasi non-pemerintah, ambil bagian
dalam mempelopori program-program pengembangan masyarakat melalui pesantren,
dan terpilih sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1983-1985). Dia memegang
jabatan yang relatif tidak penting di PBNU sejak 1979 (Katib Syuriyah)
tetapi tiba-tiba melejit pada masa krisis 1982-84, dengan menjadi penengah
di antara berbagai faksi. Pada muktamar 1984 dia terpilih sebagai ketua
umum Tanfidziyah, dan terpilih kembali secara berturut-turut pada muktamar
1989 dan 1994. (Tempo 1981:843-4; 1986: 1156-7, dan keterangan pribadi) |