U M U R

    “Terus terang saya sering pangling melihat anda dan adik anda.....mirip “, aku Ijah suatu kali. “Berapa sich beda umur anda dan adik anda?”, lanjutnya sambil menoleh ke arah Doel.
    Senyum ramah seperti biasanya muncul dari bibir Doel.
    ”Sekarang ini saya lebih tua satu tahun dari dia, dan insya Allah umur kami akan sama di tahun depan.”


    OTONG DAN KEADILAN


    Rasa rindu membuat Otong Pergi bertandang ke rumah Pak Risrawa yang telah pindah ke kota beberapa tahun yang lampau. Pak Risrawa yang memiliki istri, dua anak lelaki dan dua anak perempuan serta mempunyai banyak ayam tentu saja menerimanya sebagai tamu.

    “Kusuruh istriku untuk memanggang seekor ayam buat makan siang”, kata Pak Ris mulai berkisah.
    Dan ketika hidangan siap, lanjutnya, “Kuminta si Otong untuk membagikannya kepada kami". “Saya tidak bisa membagikannya dengan baik. Tapi kalau memang anda rela dengan pembagian saya, akan saya laksanakan juga.” kata Otong.
    “Kami rela. Kataku kala itu.”
    Segera Otong mengambil kepala ayam dan memberikan kepada Pak Risrawa sambil berkata, “Kepala untuk kepala rumah tangga".
    Kemudian memotong dua sayap dan berkata, “Dua sayap untuk dua anak lelaki".
    Lalu memotong dua kaki seraya berkata “Dua kaki untuk dua anak perempuan".
    Dan terakhir dia memotong bagian belakang sambil berucap, “Bagian belakang untuk ibu rumah tangga. Dan dada untuk tamu”, lanjutnya lagi.

    Esoknya Pak Risrawa menyuruh istrinya untuk memanggang lima ekor ayam.
    “Tolong dibagikan”, katanya pada Otong ketika semua anggota keluarganya telah berada dihadapan meja makan.
    “Genap atau ganjil ?”, tanya Otong.
    “Ganjil”, jawab Pak Risrawa .
    “Bapak, istri bapak dan seekor ayam, tiga”, katanya seraya memberi seekor ayam kepada mereka.
    “Dua anak laki-laki, dan seekor ayam, tiga”, ucapnya lagi sambil menaruh ayam.
    “Dua anak perempuan dan seekor ayam, tiga. Dan saya beserta dua ekor ayam, tiga”, seraya mengambil dua ekor ayam.

    Melihat mereka kebingungan dia bilang, “Sepertinya bapak tidak menyukai pembagian saya yang ganjil".
    “Bagikan genap!“ sahut Pak Risrawa.
    Maka lalu diambilnya semua ayam, dan mulai membagikannya.
    “Bapak, dua anak laki dan seekor ayam, empat. Istri bapak, dua anak perempuan dan seekor ayam, empat”, katanya sambil membagikan kepada mereka.
    “Dan saya serta tiga ekor ayam, empat.”
    Lalu sambil mengangkat kepalanya dia berkata, “Puji syukur kepada-Mu, Ya Allah, yang telah membuat saya berlaku adil.”


    KE ARAH BAJU...

    Imam Syafi’i suatu kali ditanya, “Kalau saya melepas pakaian dan mandi di sungai, lantas saya menghadap ke arah kiblat ataukah ke arah lainnya?”
    “Sebaiknya wajahmu menghadap ke arah tempat pakaianmu, supaya tak dicuri orang”, jawab Imam Syafi’i santai.

    (Disadur dari “Ahla al-Nawadir wa al-Tharaif, diambil dari sumber asli “Al-Ghazzy : Al-Miraah Hal. 53)