KEINDONESIAAN


    Strategi Alternatif Dakwah
    Beberapa Usulan ke Arah Sosialisasi Ide Keperakatan Umat
    Hasminto Yusuf *

    Pendahuluan

    Aswab Mahasin, pernah berkata :

      ”...sebenarnya periode ini sedang berusaha untuk keluar dari lingkungan nasib sebagai minoritas politik menuju mayoritas budaya yang lebih besar”,dalam pengantar nomor ekstra prima 1984 dengan topik “arah baru Islam”

    Suara angkatan muda. Dalam nomor itu ditampilkan tulisan sejumlah cendekiawan Islam yang sering diundang oleh para mahasiswa muslim dalam berbagai ceramah, diskusi dan seminar. Mereka adalah tokoh-tokoh suatu generasi yang memasuki kampus tahun 60-an dan ikut membidani kelahiran Orde Baru, kemudian berjuang menjadikan Islam sebagai mayoritas budaya di Indonesia. Dengan adanya mereka kaum muslimin di Indonesia dituntun keluar dari masyarakat politik ke dalam masyarakat budaya, atau lebih tepat lagi dari gerakan sosio-stuktural politik ke gerakan sosio-kultural.

    Tulisan ini berusaha menganalisa lebih lanjut mengapa dalam sejarah kontemporer Indonesia sampai bermunculan berbagai macam organisasi Islam, dan jika diasumsikan bahwa adanya berbagai organisasi sosial keagamaan tersebut yang merupakan gerakan kultural justru mengurangi dan memperlemah tali Ukhuwah Islamiyah. Kemudian tantangan, peran dan peluang apa yang perlu disumbangkan dan oleh para mahasiswa alumni timur-tengah serta sedikit sumbang saran mengenai langkah-langkah dan strategi apa yang bisa diambil agar “gerakan sosio-kultural” itu tidak menjadi terpecah belah seperti halnya masyarakat Islam yang berorientasi kepada struktur politik selama ini.

    Dengan ini diharapkan kita menjadi sadar akan tingkat kemajemukan dan kerumitan tingkat realitas sosial umat Islam Indonesia pada masa ini dan masa akan datang, lalu berusaha memikirkan alternatif-alternatif strategi pengembang-an masyarakat da’wah pada masa depan dan menjawab tantangan transformasi global multidimensional yang dibawa oleh runtunan revolusi teknologi yang mendominasi dunia.

    Kenyataan Sosio-Historis Masyarakat Islam Indonesia;
    Tantangan Para Alumni

    Pengamat dari luar maupun dalam negeri dapat saja menggeleng-geleng kepala ketika menjumpai keaneka-ragaman wadah organisasi Islam yang ada di tanah air. Namun itulah kenyataan historis yang tidak dapat dihindarkan sama sekali. Sejak awal abad ke-20, umat Islam Indonesia telah terkotak-kotak menjadi berbagai macam Organisasi.

    Rupanya, menjadi seorang muslim -tanpa disertai cantelan pada organisasi tertentu - kurang begitu diminati oleh sebagian masyarakat muslim Indonesia. Dalam kesadaran intern umat Islam, lebel “Islam” agaknya masih dilihat secara umum, sehingga belum memberi makna sosiologis dalam kehidupan bermasyarakat secara luas. Meskipun kenyataan demikian tidak selalu diharapkan oleh semua pihak. Namun demikianlah kenyataan sosiologis ditanah air. Pernyataan demikian mungkin terlalu dilebih-lebihkan (exaggerated) karena tidak selamanya organisasi mempunyai konotasi yang begitu negatif.

    Dalam era pra-kemerdekaan, organisasi Islam justru ikut memberikan andil yang begitu besar dalam menyuluh obor “nasionalisme” yang berakhir dengan tercapainya kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajah. Organisasi Islam yang muncul pra-kemerdekaan dan masih hidup berkembang hingga saat ini adalah: Syarikat Islam (1911), Muhammadiyah (1912), Sumatra Tawalib (1918), PERSIS (1920), Nahdlatul ‘Ulama (1926), al-Irsyad dan lain-lain.

    Setelah era kemerdekaan, jumlah organisasi Islam bukannya makin menyusut, tapi justru semakin bertambah dan berkembang, baik dari segi lapangan dakwah, diantaranya adalah : DDII, MDI, al-Khairat, MDI, BKMI dan lainnya, dari bidang kepemudaan dan kemahasiswaan dapat pula disebut PMII, HMI, IMM, PII, IPNU-IPPNU dan sebagainya. Dibidang kewanitaan tak ketinggalan Muslimat-NU, Aisiyah, dari segi pendidikan muncul GUPPI, Rabithah Ma’ahid al- Islamy, DDI, UII, UNISBA, UNMUH, UMS, UMI, UMJ, UNISMA dan lain-lain. Serta masih banyak lagi organisasi Islam yang sulit disebut satu persatu disini, baik yang terhimpun karena didorong oleh keprihatinan ekonomi, sosial-politik, budaya, profesi, kedaerahan, buruh, kesenian dan lain- lain.

    Namun, yang menjadi unik semua organisasi Islam tersebut muncul pada abad ke-20, sedang pada abad-abad sebelumnya hampir-hampir belum dikenal pengelompokan organisasi Islam seperti itu. Tuntutan eksternal dan internal umat Islam merupakan kondisi obyektif yang mendorong munculnya berbagai macam organisasi dengan berbagai Keanekaragaman motivasi dan pendorong utama arah perjuangan mereka. Keunikan dan kekhasan ini kemudian diteruskan dan diperkuat oleh kebijaksanaan pemerintah Republik Indonesia pasca kemerdekaan yang membiarkan terus tumbuh berkembangnya berbagai organisasi sosial keagamaan di tanah air.

    Kenyataan historis masyarakat muslim Indonesia yang telah terkotak-kotak dalam bingkai organisasi, disamping mengandung kelemahan, juga mengandung kekuatan. Namun tak jarang orang melihat kenyataan dengan kacamata pandang yang positif. Orang terlupa oleh manfaat yang muncul secara alamiah dari proses gerakan ide, pluralisme aktifitas program sosial, sehingga secara psikologis, umat Islam Indonesia telah terkondisikan secara alamiah untuk matang didalam menatap perbedaan dan hal ini telah membantu tumbuhnya apa yang disebut dengan budaya “toleransi”

    Adapun kenyataan ini pula, jika dilihat dari sudut pandang kajian pemikiran postmodernisme, maka apa yang dialami oleh umat Islam Indonesia adalah seirama dengan apa yang diasumsikan oleh para pemikir postmodernisme.


    Strategi “Harakah”; Menghadapi Tantangan Menuju Abad 21

    Dengan mempertimbangkan “Frame of History” tersebut diatas, maka untuk merealisasikan tugas keperakatan umat, maka perlu kita -selaku mahasiswa timur-tengah- membuat rumusan strategi alternatif dari sebuah masyarakat dakwah, guna menyikapi dan mengimbangi berbagai tantangan dunia abad 21.

    Generasi sekarang ini akan mengalami diskontinuitas orientasi pemikiran dengan generasi abad 20. Masa depan akan didominasi oleh teknologi informatika. Kalau abad yang lampau kita dijajah oleh bangsa-bangsa yang didominasi oleh teknologi industri secara politik-militer, maka pada abad ini kita dijajah secara ekonomi pada masa transisi peradaban teknologi, ada kemungkinan di masa depan kita dijajah lagi secara kultural psikologis oleh bangsa-bangsa yang didominasi oleh peradaban informatika. Di sinilah salah satu tantangan umat Islam

    Dengan demikian kiranya kita harus membuat suatu jaringan kerja dalam membentuk proses transformasi Islam dalam peradaban dunia. Soalnya IPTEK sudah terjalin begitu erat sebagai sistem loloh-balik positif sehingga menjadi motor dari peradaban modern dan pasca modern. Dengan ini, fase mutakhir dari kebangkitan peradaban Islam dapat mulai dirintis.

    Akan tetapi, jaringan kerja tersebut memerlukan sistem lain untuk merealisasikan cita-cita kebangkitan peradaban Islam, karena mereka hanyalah merupakan motor penggerak kebangkitan, yang mana diperlukan sistem-sistem regulator pengarah kebangkitan. Sistem- sistem itu adalah kepemimpinan konseptual dan kepemimpinan ideal yang masing-masing terdiri dari cendekiawan-cendekiawan Muslim dan ‘ulama-ulama Islam. Disinilah posisi strategis mahasiswa alumni timur-tengah. Mengingat kondisi diversitas yang didorong oleh revolusi informatika itu, kedua sistem tersebut tidak akan efektif jika bekerja atau terstruktur secara hierarkis. Oleh karena itu, kepemimpinan konseptual itu perlu direalisasikan menjadi suatu jaringan pikir. Sedangkan kepemimpinan ideal harus dikembangkan menjadi jaringan zikir. Kedua jaringan ini harus saling berkomunikasi satu sama lain dan saling menghargai dan mempunyai tekad yang sama untuk membuat jaringan kerja generasi-generasi yang lebih muda menuju kebangkitan peradaban Islam yang sama-sama kita dambakan. Semoga memang demikian adanya. Wal-Lâhu al musta’ân.

    * Hasminto adalah alumni dari fakultas Sosial dan Politik Univ. Sam Ratulangi, Manado Sulut. Kini ia sedang mempelajari ilmu keislaman di Kairo. Ia juga kini aktif juga di Baiquni SQ


    JURNAL KAJIAN KEISLAMAN NUANSA
    Diterbitkan oleh:
    Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama, Kairo - Mesir
    Web: http://www.muslims.net/KMNU, Email: kmnu@muslims.net