FUNUN
Puisi-Puisi
Subhan Nurdin Noer*
Dalam Bis Sosialis
Dalam bis kota di Cairo
yang pernah diinjak kaki Musa
kutatap semerawutnya orang,
mobil-mobil, trem dan peradaban
semua menyatu dalam udara dingin
Kulihat anak kecil kumal rambutnya
gembel memang
namun ada harapan di matanya
mungkin ingin menjabat tangan
Mubarak
Negeri sosialis,
kata orang tong sampah pun bisa
berteriak
bernyanyi atau menghujat
Tak ada ketakutan, semua bebas bicara
Kuperhatikan perempuan tua
mencaci polisi
karena jalan awut-awutan
tak ada tempat menyeberang
Dalam bis sesak berdesak-desakan
Aneka warna baju, status sosial bahkan
politiknya
Hanya teroris yang nyata dilarang
Yah, teroris kambuhan menjelang
PEMILU
Enaknya naik bis di negeri sosialis
karcis seperak dapat bersenggolan
dengan partai politik, konglomerat
demokrasi dan gadis berbikini
Hipokrasi Blues
Hipokrit, hipokrit menjerit
Ketika senyum tak lagi menjerit
Ketika kata-kata tak lagi bermakna
Ketika wajah-wajah bertopeng manja
Hipokrit-hipokrit melangit
Ketika pikiran-pikiran menjadi picik
Ketika mata hanya sebatas amarah
Ketika cinta hanya ciuman belaka
Hipokrit-hopokritmenyebar
Ketika hilang nadi-nadi keikhlasan
Ketika zaman berarti uang
Ketika dasi birokrasi melilit mata hati
Hipokrit-Hipokrit menukik
ketika subhat melumat kebenaran
Ketika atas tak lagi dari bawah
Dan suara pertanda bongkar
Hipokrit adalah penjilat
Hipokrit adalah Penakut
Hipokrit adalah pembual
Hipokrit adalah sampah
Monumen
Di depan monumen Sadat
Burung garuda sedang dipoles
emas
Sapu-sapu menggaruk trotoar
yang hitam
Matahari mulai lelah menyapa
aku
Temanku bercerita tentang
Sadat yang ditembak
Tentara berjejer menyangga
darahnya
Kepingan bunga kemboja
menidurkannya
Kaleng-kaleng berisik
ditendang-tendang
suaranya mirip tangisan rakyat
Tukang sampah menghardik
mataku
Aku buta melihat siapa saja
Koruptor jadi birokrat
Bajingan jadi konglomerat
Pengkhianat jadi diplomat
Penjilat jadi pejabat
Siapapun jadi apapun
Narasiku mendadak samar
Asap rokok melilit huruf-huruf
yang kutulis
dan Sadat pun tersenyum sinis
Kamu... !
Kalian... ! mau jadi apa ?
Aku dalam Televisi
Duduk bersila menghisap sisa-sisa
malam
Film kartun, teater rakyat, musik
cengeng
sampai tarian berputar-putar
mengitari kebohongan
Namaku televisi, kerjaku maling
Sudi aku mendengar kata nurani
gambarku mengendap-endap di
balik kemalasan
lingkaran berwarna merah kuning
hijau
kotak mengotak atik otak
Suara kemarahan lenyap jadi dusta
Noktah setitik kata istighfar
hanya untuk coreng wajah binatang
Dajjal akhir zaman pasca modern
berselendang kabel-kabel
Murka aku di atas durjamu
Mozaik berkelindan seloroh hujan
memercik bau selokan
Kotor tangan manusia kotor
berbilang di hadapanku
*) Subhan Nurdin Noer seorang seniman muda
kelahiran kota Bandung.
Ia banyak menulis sajak-sajak sosial dan religius.
Selain itu ia juga aktif di kelompok LESPISI