v Fikrah v
Menafsirkan Kembali “Ayat”:
Al-Muhâfadzah ‘Alâ al-Qadîm
al-Shâlih Wa al-Akhdz Bi al-Jadîd al-Ashlah
Roland Gunawan*
Islam
sebagai sebuah agama tidaklah
dinamis. Islam bersifat absolut, tetap
dan tidak mungkin berubah. Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah
perbedaan antara Islam dan Pemahaman Islam. Jelas antara keduanya
ada perbedaan. Seperti disebutkan tadi, bahwa Islam tidaklah berubah dan tidak
bisa diubah oleh siapapun, yang berhak atas terjadinya perubahan itu hanyalah
Allah. Karena Islam merupakan produk-Nya. Sementara, pemahaman terhadap Islam
itu dinamis, tidak absolut, berubah-ubah, tergantung bagaimana kita memahami
Islam selaras dengan konteks zaman, perkembangan ilmu pengetahuan, laju
pemikiran dan perdaban manusia. Maka kalau nanti ada perubahan tentang apa saja
yang menyangkut Islam, masalahnya tidaklah pada Islam itu sendiri perubahan
berlaku, tapi pengetahuan manusialah yang berkembang dan berdampak terhadap
terjadinya perubahan dalam memahami Islam.
Lalu kaitannya dengan judul di atas adalah bahwa Islam
yang kita anut sekarang adalah Islam yang dipahami orang-orang terdahulu dan
sudah tidak relevan lagi dengan kondisi zaman saat ini. Dari itu diperlukan
peremajaan kembali pemahaman terhadap Islam.
Sebelum melangkah lebih lanjut, mari kita bersama
memahami ungkapan di atas. Secara harfiah ungkapan tersebut berarti, “Menjaga
(tradisi) terdahulu yang shaleh dan mengambil yang baru yang lebih shaleh”.
Shaleh di sini maksudnya ialah sesuai, relevan dan bersifat relatif, tergantung
perkembangan zaman. Dengan kata lain, kita tetap menjaga tradisi-tradisi masa
lampau selama itu sesuai dan relevan dengan kondisi pada saat ini. Namun
apabila sudah tidak relevan lagi, maka yang harus kita lakukan selanjutnya
adalah mengganti dan merubahnya dengan cara mengambil sesuatu yang baru dan
lebih sesuai dengan perkembangan yang ada. Ini bukan berarti kita menganggap
tradisi-tradisi orang-orang terdahulu itu tidak baik. Kita tetap beranggapan
bahwa apa yang lakukan itu baik, untuk zaman mereka. Tapi yang perlu mendapat
perhatian di sini bukanlah baiknya semata. Lebih dari itu adalah kesesuaiannya
dengan konteks kekinian. Karena tidak setiap yang baik pada masa dahulu itu
sesuai untuk diterapkan pada masa kini. Maka dari itu, sudah seharusnya
diperlukan upaya-upaya kongkrit dalam mencari hal-hal baru yang lebih layak
untuk kita terapkan dewasa ini.
Seorang tokoh muda Islam Ahmad Wahib dalam catatan hariannya
menyebutkan bahwa peletakan Ijmâ' dalam deretan struktur sumber
pengambilan hukum berupa Al-Qur'an, Sunnah dan Ijmâ', sekarang sudah
bukan jamannya lagi. Karena dalam dunia yang sudah berubah ini, induvidualisme
kian menonjol. Makanya, cukuplah dengan Al-Qur'an dan Sunnah saja. Biarkan
setiap orang memahami Al-Qur'an dan Sunnah menurut diri masing-masing. Berikan
kepada mereka kebebasan untuk menggali ide-ide yang terkandung dalam kedua
sumber tersebut, mengumpulkan, kemudian membawa ide-ide itu berinteraksi dengan
kondisi sosial masa kini untuk selanjutnya melahirkan pemahaman baru terhadap
Islam.
Perlu untuk diketahui bahwa Islam sangat tidak suka
kepada orang yang bertaklid kepada orang-orang terdahulu tanpa adanya usaha
untuk mencari sendiri kebenaran yang ada. Sebab mereka (orang-orang terdahulu),
mana kala kita bertaklid kepada mereka, belum tentu mereka akan bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan
kelak di hari akhir. Setiap orang hanya akan disibukkan dengan memikirkan nasib
dirinya sendiri, masa bodoh dengan urusan orang lain. Bahkan keluarga dan
kerabatnya pun tak boleh mendapatkan kesempatan untuk sekedar hinggap dalam
pikiran walau sejenak
Sudah waktunya kita mem-play kembali kebebasan
yang selama ini di-pause. Sudah saatnya kita membebaskan diri dari
penjara tradisi masa klasik. Islam diturunkan bukan untuk dijadikan bunga dalam
kaca yang mudah dipandang, tapi susah dipegang. Islam diturunkan untuk kita
pahami, untuk kita selami nilai-nilai kebenarannya. Sehingga dengan demikian kebenaran-kebenaran
samawi Tuhan yang universal dapat kita bumikan demi kelangsungan hidup yang
penuh dengan cinta dan kedamaian. Amien. *Aktif di MisCu (Al-Mu'ashir
Study Club)