FAHMI HUWAIDI

  • Bila Rumahmu Dari Kaca Maka Jangan Lempar Rumah Orang dengan Batu.

  • 40 Penulis Sekuler Minta Saya Agar Berhenti Menulis. Bahkan sebagian Mereka Siap Menggaji Saya, Asal Saya Menetap Di Rumah.

  • Sayid Qutub Tidak Pernah Mengkafirkan Pemerintah. Justru Media Massa Berupaya Mengkondisikan Masyarakat Agar Tidak Menyukainya.

Fahmi Huwaidi, penulis muslim senior menolak disebut pandai bermain kata. Ia lebih senang dipanggil sebagai penulis dan wartawan bernarasumber Islam. Bila para penulis oposisi, tulisannya tidak diterima harian pemerintah (Al-Ahram), mengapa ia bisa? Padahal ia dipandang berseberangan. Berikut ini petikan wawancara wartawan koran mingguan Al-Dustur, Muhammad Abdul Qudus dengan penulis yang jadi wartawan sejak 39 tahun itu.

Sebagian orang memandang tulisan Anda: menampilkan Islam sepertinya ingin menguasai dunia, yakni berpolemik dengan peeradaban Barat?

Ngawur itu....Yang menuduh saya harus punya bukti. Yang mengklaim harus mengajukan bukti. Saya tidak pernah mengatakan, Islam hendak menguasai dunia dan sedang berpolemik dengan peradaban lain (Barat).

Tetapi mereka melihat Anda selalu mewanti-wanti persekongkolan Barat yang anti kebangkitan Islam

Begini...., negara-negara besar memang berbicara tentang kepentingan-kepentingannya saja. Bila kebangkitan itu berlawanan dengan kepentingan Amerika atau negara lain, mesti ditangkisnya. Namun ada tatanan Islam Amerika malah kelewat bersahabat. Sehingga Islam yang ini tidak perlu dicurigai. Karena itu, negara Barat tidak menentang aliran Islam. Akan tetapi membela kepentingannya saja. Kita juga tidak sedang berpolemik dengan peradaban Barat. Sebab Islam bukan agama regional atau lokal, melainkan untuk dunia seluruhnya. Maka bagamana mungkin saya berbicara kepada peradabann itu sementara saya memusuhinya.

Terlanjur berbicara soal kepentingan, bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Amerika terhadap Bosnia...Amerika telah menggebuk Serbia...dan membolehkan Iran memberi senjata untuk muslimin Bosnia

Situasianya tidak seperti yang Anda bayangkan....Amerika tidak membolehkan Iran memberi senjata untuk ummat Islam di sana...untuk sementara waktu Amerika memang tutup mata! Dan ketika melihat pengaruh Iran makin luas, maka Amerika ngotot memecat setiap komandan Bosnia yang simpatisan Iran, tak peduli pejabat tinggi. Lalu Amerika lebih dini memberlakukan syarat bagi setiap kerjasama dengan Bosnia. Amerika memang memiliki data rinci soal kejahatan Serbia. Tetapi sampai sekarang foto-foto kuburan muslimin Bosnia yang dikameranya lewat satelit tidak diserahkan kepada Mahkamah Pengadilan Internasional. Amerika malah sengaja memperlambat menangkap para komandan Bosnia yang terlibatat kejahatan perang. Padahal bisa menangkapnya dalam tempo 24 jam kalau memang mau, malah sebelum itu soal Bosnia dibiarkan dan diserahkannya kepada Eropa agar kemudian Eropa mengakui kegagalannya. Sehingga ingin menimbulkan kesan Amerikalah yang berdaulat di dunia ini. Lantas saat Amerika menangani soal itu, sejumlah harapan ummat Islam disingkirkannya, lalu dipaksanya menerima apa yang tidak dikehendakinya! Seperti itulah politik Amerika, tidak memperdulikan ummat Islam maupun Serbia. Melainkan kepentingannya saja. Dan tampaknya Amerika tidak mengenal Perang Salib di manapun, melainkan akan memerangi setiap pihak yang menentang kepentingannya atau warga negaranya di luar negeri.

Kalau boleh berbicara soal kawasan berduri; soal koptik Mesir. Selang beberapa bulan lalu orang-orang koptik tewas dalam gereja di Abu Qarqas, ditembak kaum ekstrimis. Dan Anda menulis kolom di harian Al-Ahram; menyatakan duka pada mereka. Saat itu pula Anda berupaya menjustifikasi apa yang terjadi; Anda menuduh kaum sekuler telah memancing kaum militan untuk berbuat seperti peristiwa itu. Pada gilirannya penulis Dr. Fuad Zakaria menanggapi Anda pada koran mingguan Al-Dustur; mempersoalkan Anda; Apakah tujuan Anda minta maaf atau pembenaran pada teroris. Tanggapan Anda?

Kamu tidak bisa menilai seseorang hanya dari satu tulisannya saja atau dari tulisan satu baris. Dan ini yang dilakukan Dr. Fuad Zakaria. Sikap saya terhadap teroris dan ekstrimis tidak diraguakn lagi. Tapi, mengapa Doktor. yang mulia itu mengacuhkan semuanya. Dia bilang, saya menulis kolom itu berupaya menjustifikasi aksi kekerasan. Justru yang dilakukan Dr. Fuad adalah teror. Dia hanya menangkap tulisan saya satu baris saja. Padahal terdapat metodologi ilmiah untuk menilai sebuah buku atau kolom. Metode ini bertentangan dengan artikel teror yang dilakukan Dr. Fuad untuk menghadapi saya ketika ia memancing satu baris tulisan lalu ditafsirkannya. Beliau memang orang terhormat, tetapi pendapatnya, kehilangan keseimbangan saat menilai saya menjustifikasi teror. Kalau saya berbuat seperti dia maka tulisan dia dapat saya buktikan dengan lebih buruk.

Apa tujuan tulisan Anda yang diserang Dr. Fuad itu?

Memang saya tidak bermaksud menjustifikasi seperti dia. Melainkan saya berupaya memahami tabiat peristiwa itu. Tetapi sayang di Mesir terdapat aliran teror yang menentang pemahaman itu dan malah menuduhnya sebagai dalih peristiwa. Kamu juga bila tidak mengikuti aliran itu, maka kamu dianggap teroris dan ekstrimis. Anehnya, aliran itu menyeru multi partai dan demokrasi serta metodologi keilmuan.

Orang koptik Mesir hawatir kalau mereka jadi penduduk kelas dua dalam negara yang membumikan syari'at Islam seperti yang Anda dengungkan bersama orang lain. Orang koptik tidak menginginkan agama melainkan hak warga negara sebagai asas interaksi dalam negara.

Tak ada bedanya agama atau hak warga negara itu. Soal ini telah saya bahas dalam buku saya "Muwatinun La Dzimmiyun" sejak lima belas tahun lalu. Tidak apa-apa hak warga negara sebagai asas interaksi. Saya mendukungnya. Dan asal tahu saja bahwa dalam tatanan kesewenang-wenangan semua penduduk baik muslim atau kristen adalah penduduk kelas dua.

Tetapi bagaimana mungkin menyatukan hak warga negara dengan penerapan syariat Islam

Pada dasarnya syariat Islam memandang semua penduduk adalah mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Apakah mungkin seorang kristen jadi presiden Mesir?

Saya tak dapat membayangkan seorang koptik menjadi presiden. Sebab masalahnya berkaitan dengan aturan umum negara dan tidak berkaitan dengan syariah serta warga negara. Sebab undang-undang dasar mensyaratkan jabatan presiden harus muslim. Soal ini dapat anda temukan sekalipun dalam negara paling demokratis. Inggris misalnya, seorang ratu adalah pelindung aliran kristen tertentu. Ratu adalah kepala gereja. Dan tidak mungkin seorang raja yang tidak sealiran dengan gereja dapat naik ke singgasana. Soal yang sama juga berlaku di negara-negara Eropa Utara. Dan sejumlah negara memang mensyaratkan kepala negara adalah penganut agama mayoritas.

Cukup banyak orang sekuler yang tidak menginginkan kebebasan yang sebenarnya. Menurut mereka, aliran Islam perlu digebuk dan simbol-simbolnya harus dilarang menulis. Kemudian mereka mendukung keadaan darurat dan memenjarakan muslim militan. Sementara Anda menjawab salam dengan yang lebih baik ketika negara atas nama agama memberedel tulisan mereka. Pendapat Anda?

Wah kamu....tidak adil itu! Sama sekali saya tidak seperti mereka. Saya dapat memberi kamu lebih dari 40 artikel kaum sekuler yang menghimbau negara agar melarang saya menulis. Bahkan satu di antara mereka terang-terangan mengusulkann saya agar menetap di rumah saja dengan tetap menerima gaji asalkan saya tidak menulis. Mereka tidak menyenangi seorang fakar muslim seperti saya, menulis pada harian pemerintah. Maka siapa di antara kita yang memusuhi kebebasan berpikir...saya atau mereka.

Justru Anda terkadang minta agar tulisan mereka yang berlawanan dengan Islam sebagai agama resmi negara, dibredel

Pada dasarnya saya sependapat dengan kebebasan berfikir sejauh mungkin, tetapi perongrongan atas agama kita sedikitpun tidak termasuk kebebasan. Dan ketika saya menuntut tulisan seperti itu agar dibendung sebenarnya saya sedang saya sedang membela undang-undang dan hukum yang berlaku lebih-lebih saya membela agama. Sebab Islam bukan akidah saja, akan tetapai bagian dari tatanan umum masyarakat. Hal ini perlu dihormati semua pihak buka saja bukan karena agama tetapi pula sebagai penghormatan pada undang-undang dan hukum.

Semua orang sepakat menghormati agama, tetapi persoalannya seorang penulis sekuler tidak sependapat dengan pendapat para fakar kaum santri, bukan untuk menyerang Islam atau menentang konsensus. Ternyata pendapat kaum sekuler dibredel juga dengan alasan menyerang agama..

Pendapat saya sudah jelas...saya berbicara tentang orang yang merongrong Islam daan memang ada perbedaan antara rongrongan itu dengan pendapat para fakar muslim, tak satupun dari mereka mengklaim diri tidak akan salah (ma'shum). Justru agama kita mengajarkan agar argumrn dilawan dengan argumen. Sementara itu pintu ijtihad tetap terbuka dan seorangpun dapat menutupnya. namun persoalannya terletak pada mereka yang merongrong agama.

Bagaimana pendapat Anda tentang pengadilan yang menolak pembredelan kitab "Rabbuz Zaman"?

Saya sependapat dengan kebebasan berfikir dan anti pembredelan menurut kerangka yang saya ucapkan. Putusan peradilan apapun harus dihormati.

Sejumlah fakar menentang bila Al-Azhar jadi penyensor pemikiran-pemikiran manusia lalu menuntut pembredelan buku-buku yang tidak disukainya..

Wah kamu....Al-Azhar itu bagian dari negara. Perlu saya tegaskan, kebebasan berfikir adalah pokok. Tetapi, al-Azhar terkadang turun tangan untuk melindungi kepentingan tertinggi bagi negara. Hal seperti ini terdapat pula di negara Barat. Misalnya Amerika dan Inggris. Ketika di sana sebuah buku ditarik dari peredaran karena berlawanan dengan kepentingan tertinggi bagi negara. Misalnya buku itu membocorkan rahasi negara yang dilarang.

Tampaknya kalimat kepentingan itu adalah kata-kata umum yang berekor yang dikhawatirk noleh para fakar -atas nama kepentingan- memusuhi kebebasan berfikir..

Kalimat itu harus digunakan sejelas mungkin dan dalam bingkai yang tepat, misalnya keamanan nasional, merongrong agama, dan menyeru atheisme. Ini semua tidak termasuk kebebasan sedikitpun. sebab kebebasan berpendapat bukan kebebasan individual melainkan kebebasan sosial. Artinya setiap masyarakat memiliki kesyakralannya yang harus dihormati. Hal ini ada di setiap negara.

Bagaimna kalau kita bicara soal Iran; Anda dituduh memihak pemerintahan Islam di Iran, dari akar hingga pucuk.

Sebenarnya tuduhan ini harus dialamatkan kepada pihak lain. Sebab ada orang yang sama sekali menolak revolusi Islam. Ini merupakan pemihakan dan fanatik buta. Adapun saya bisa Anda katakan, saya bukan anti Iran.

Di sana memang ada hal-hal negatif dalam pemerintahan Anda tidak megetahuninya.. Dengan mengakui segala kepositifan revolusi Iran. yang kesalahan paling besar di sana adalah pelanggaran hak asasi manusia, penekana atas ahlissunnah dan keturunan Kurdistan, Iran juga tidak bereaksi atas pembantaian dan penekanan pada aliran Islam di sebagian negara Arab yang bersekutu dengan Iran, misalnya Suria. Meskipun rezim pemerintahan Islam di Teheran mengkalaim bahwa ia pelindung ummat Islam di seluruh dunia.

Saya meihat hasil terakhir dari revolusi Iran dan pada poin itu saya mendukung. Adalah revolusi Islam di negara tetangga telah banyak membangun dan menambah petak baru di kawasan yang sangat berpegaruh pada semua negara Timur Tengah. Yaitu pembangkangan Iran pada tuan Amerika, membela problema Palestina, mendongkrak mentalitas ummat Islam, dan membuktikan kemungkinan negara Islam modern berdiri diatas bumi biarpun sebelumnya hanya mimpi belaka.

Pendapat ini saya dukung semuanya. Tapi bagaimana tentang dampak negatif revolusi itu yang perlu Anda perhatikan sambil Anda mencintai Iran dan menginginkan keberhasilan revolusi di sana. Mengapa Anda tidak pernah menulis kolom tentang pelanggaran hak asasi manusia di sana?

Pelanggaran yang Anda katakan itu memang ada di seluruh negara Arab. Bila rumahmu terbuat dari kaca maka jangan coba melempar rumah orang dengan batu! Yang jelas persoalan di sana selalu membaik. Pemilu yang luber yang terjadi belum lama ini merupakan bukti apa yang saya katakan. Dan anda perlu tahu saya bukan juru bicara tentang apa yang terjadi di Iran, akan tetapi saya hanya bermaksud menambah strategi baru terhadap Timur Tengah.

Kita pernah bicara tentang situasi di Kuwait dan Anda menolak pemaksaann pembumian syariat Islam. Mengapa Anda tidak mengomentari pemaksaan wanita di Iran untuk memakai jilbab hitam atas nama hukum dan syariat Islam?

Kamu ini gimana, saya kan buka advokat revolusi Iran seperti Anda kira. Saya tidak setuju dengan pelanggaran hak asasi di sana. Saya juga menentang pemaksaan pakaian wanita dengan atas nama syariat, tapi pendapat saya dalam masalah ini semua mengutamakan hal-hal yang positif yang telah terbukti di sana serta mengakibatkan perubahan yang mengakar pada situasi negatif yanng terjadi di kawasan kita. Adapun kondisi wanita di Iran biarpun memakai cadar atau jilbab hitam adalah lebih bagus. 42 persen buruh wabita di sana adalah wanita, bahkan di antara mereka ada yang berpangkat tinggi bahkan puluhan wanita jadi anggota parlemen. Yang jelas kondisi wanita di iran jauh lebih baik daripada kondisi wanita di sebagian besar negara Arab. Adalah wanita Iran sejajar dengan pria ketika revolusi mendongkel Syah Iran sehingga wajar saja kalau mereka mengambil tempat yang layak setelah kemenangan revolusi dan berperan dalam pembagunan meskipun mereka dipaksa berjilbab. Pemaksaan ini yang tidak saya terima. Tetapi sekarang...ada kecenderungan meringankan pemaksaan ini....kamu tahu kan wanita di sebagian negara Arab, ijin mengemudi saja tidak punya.

Mengapa tidak ada pemerintahan Islam yang berhasil di negara Arab atau negara Islam manapun yang patut jadi contoh bagi yang lain?

Situasi di negara-negara ini adalah sangat buruk, dalam hal ini saya bicara tentang situasi politik dan ketidakbebasan. Pemerintahan apapun yang berlaku walau sebagai pemerintahan Islam adalah hasil dari situasi yang ada dan berupaya memperbaikinya. Maka jalan untuk melihat pemerintahan Islam yang matang memang teramat panjang dan tidak mungkin terjadi sehari semalam. Iran misalnya. Perkembangan di sana selalu membaik walaupun situasi buruk yang dialaluinya ketika perang dengan Irak dan diblokade oleh negara-negara Barat. Yang jelas di sana tak ada tongkat sihir yang merobah segala persoalan dalam waktu sehari semalam hanya dengan berpemerintahan Islam.

Pemerintaha Islam di Sudan telah beridiri selama delapan tahun. Prndapat Anda?

Sudan memang conntoh yang saya maksud...situasinya sangat sulit. Adalah sedang menghadapi perang saudara dan persekongkolan dari negara-negara tetangganya. Sekalipun begitu, Sudan bekerja keras memperbaiki situasi dalam negeri. Dan saya yakin bahwa pemerintaha di Sudan adalah seorang teraniaya dan penganiaya! Adalah teraniaya oleh media massa Barat yang memperbesar borok Sudan dan sebagian negara yang sama sekali menolak pemerintahan Islam. adalah juga penganiaya karena kebebasan pada umumnya di sana tidak seperti yang diharapkan banyak orang. Meskipun sedang diperbaiki.

Bagaimana pendapat anda tentang Sayyid Qutub yang mati Syahid?

Dia memang sastrwan sekaligus seniman dan buku-bukunya begitu agung, misalnya Keadilan Sosial dalan Islam, juga tafsirnya Dzilalil Quran, merupakan tafsir modern terbaik yakni tafsir Al-Quran tentang realita.

Tapi justru realita itu memang amat pedih. Nah, apakah disebabkan realita ini, ia mengkafirkan masyarakat dan menilainya sebagai masyarakat jahiliyah?

Ndak betul itu...bahwa ia mengakfirkan masyarakat dan menilainya sebagai masyarakat jahiliyah dalam arti kafir. Ini memang potret resmi yang dilukiskan oleh media massa karena punya tujuan yang jelas yaitu mengondisikan masayrakat agar tidak menyukai Sayyid Qutub sebagai seorang penulis dan fakar dan mengorbankan hidupnya lalu ia mati syahid. Ungkapan jahiliyah yang digunakan oleh Sayyid Qutub dalam bukunya perlu dipahami dulu secara mendalam sebelum kita menilainya. Misalnya Rasulullah berkata kepada Abu Dzar: "Innaka umru'un fiika jahiliyyah". Apakah Rasulmenganggapnya sebagai kafir atau murtad. Tentu tidak demikian dong.