100 Tahun Zionisme Internasional
Oleh: Syahroni Mardani *

 

 

Pada bulan Agustus 1997 ini, genaplah usia gerakan Zionisme Internasional memasuki tahun keseratus, terhitung dari konfrensi Yahudi Internasional yang berlangsung di kota Bassel, Swis, Agustus 1897. Konferensi yang diprakarsai oleh Theodore Hertzel ini, melahirkan kesepakatan untuk mendirikan sebuah negara yang akan menyatukan bangsa Yahudi yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Setelah seratus tahun berlalu, ternyata apa yang mereka impikan belumlah tercapai sebagaimana yang mereka gembar-gemborkan selama ini. Bahkan pada kenyataannnya, hari ini kita menyaksikan di dalam negara yang mereka bangun itu tersimpan bibit-bibit kehancuran dan perpecahan antar mereka. Sampai kini, bangsa Yahudi masih bingung dalam menentukan batasan-batasan identitas mereka, siapakah yang berhak mendapatkan gelar Yahudi. Bahkan menurut kabar terakhir, terdengar adanya perselisihan terhadap beberapa mayat yang akan dikuburkan di Israel, karena setelah diselidiki ternyata beberapa mayat bukanlah Yahudi tulen sampai akhirnya mayat-mayat tersebut dikuburkan di kawasan kuburan yang dikhususkan bagi mereka yang diragukan identitasnya.

Antara golongan Yahudi asal Barat (Eskanazi) dan Yahudi asal Timur (Separdim dan Sobro) terdapat perselisihan yang tak kunjung selesai, jabatan dalam pemerintahan diatur sesuai dengan keturunan dan tempat asal mereka masing-masing. Hal yang juga cukup unik untuk diamati adalah ramainya para tentara Israel yang lari dari tugas militer, hal ini membuktikan rendahnya loyalitas mereka terhadap negara. Tertembaknya Rabin ditangan seorang pemuda Yahudi pada tahun 1995 adalah sebuah bukti lain akan kuatnya perpecahan ditubuh mereka.

Dalam konferensi di Bassel, Swis, Theodore Hertzel menyerukan kepada Yahudi sedunia agar melakukan hijrah besar-besaran ke Palestina, namun setelah 100 tahun berlalu, seruan Hertzel itu hanya disambut oleh segelintir Yahudi saja. Bahkan banyak Yahudi asal Rusia dan Ethiopia malah memilih untuk hijrah ke Amerika, Jerman dan negara Eropa lainnya.

Zionisme memang telah berhasil membangun sebuah negara impian mereka, namun bangunan itu hanya berdingding kaca tipis yang dapat pecah dan hancur kapan saja. Kalaulah bukan karena usaha keras negara-negara Eropa dan Amerika yang senantiasa melindungi negara Yahudi itu, ditambah lagi dengan kelengahan negara-negara Islam, maka negara Yahudi itu telah lama mengalami kehancuran.

Dengan melihat ini semua, terlihat betapa suram masa depan negara Yahudi ini. Bahkan mereka akan dapat segera runtuh hanya dengan dua syarat saja: Pertama, kaum muslimin hendaknya semakin memperkuat barisan dan kembali kepada keimanan. Kedua, merubah kekuatan dunia yang kini dikuasai Amerika dan merupakan sumber utama kekuatan Israel atau paling tidak bagaimana kita mampu menyamai kekuatan mereka.

* Penulis adalah staf Litbang SINAI (Studi Informasi Alam Islami)