Ketua FIS Bebas Tanpa Syarat

     

    Setelah menjalani hukuman penjara sejak tahun1991, Abbas Madani, ketua Front Pembebasan Islam, kini dibebaskan tanpa syarat. Selama ia berada di balik terali besi, Al-jazair dipimpin tiga Presiden. Pertama, Syadzili bin Jordid yang didepak militer, lalu Muhammad Badziat yang mati terbunuh. Dan sekarang adalah Presiden Al-Amin Zurwal yang membebaskan Madani, ketua FIS itu dan seorang anggotanya, Hasya Ai. Pembebasan ini konon menginspirasikan bahwa pemerintah Al-jazair tidak mudah dipatahkan. Karena itu pemerintah tidak takut dari seorang Madani.

    Madani dipenjarakan lantaran dituduh menghasut anti pemerintahan militer. Bahkan ia mewajibkan jihad untuk merebut pucuk pemerintah setelah pemilu tahun 1991 dimenangkan kaum santri yang tak lain adalah anggota FIS. Sekalipun jihad menurut Abbas Madani tidak berarti angkat senjata. Lain halnya Ali Balhaj -kini masih meringkuk di penjara- yang jadi wakil Madani, dalam sejumlah suratnya yang diketahui sejumlah wartawan, menegaskan tujuan FIS bukan hanya mendirikan negara Islam di Al-jazair melainkan pula "dinasti Islam". Lalu menyeru orang-orang muslim Timur untuk berkiblat ke Mesir. Lebih-lebih khutbah Ali Balhaj yang disebarluaskan menyebutkan wajib jihad melawan tentara bila mencoba mencerabuti kemenangan kaum santri dalam pemilu.

    Agaknya pemerintah Zurwal memilih membebaskan Madani daripada Ali Balhaj. Sebab Madani lebih moderat daripada wakilnya itu. Selain pemerintah Zurwal tidak mengkhawatirkan Madani, yang lulusan doktor di Inggris, andai kembali memimpin FIS. Justru dengan pembebasan Madani, pemerintah berharap darinya agar memperlunak -bila bukan melumpuhkan- semangat anti pemerintah dari kelompok FIS yang bersenjata. Dan pembebasan itu memang sudah diduga sebagian kalangan pemerintah yang melarangnya berbicara kepada wartawan. Lebih-lebih menggelar konprensi.

    Dikeluarkannya Madani dari penjara ternyata disambut gembira oleh pembina Ihwanul Muslimin di Mesir, Mustafa Mashur. Sedangkan Mahfudz Nahnah, pemimpin Gerakan Masyarakat Damai, yang berharap dapat mewarisi kepemimpinan FIS, justru dalam harian Prancis Le Pegara, berkomentar: "Pembebasan Madani dan Hasyani malah akan melabilkan struktur kepemimpinan FIS. Sebab sebagian menganggap pembebasan itu sebagai prosedur menenangkan massa, sementara yang lain menilainya khianat".

    Kecuali itu, Husen Ayat Ahmad, seorang oposan dan pemimpin Front Kekuatan Sosialis, menganggap pembebasan Madani dan Hasyani bukan merupakan perubahan laju politik pemerintahan Al-jazair. Soalnya, malah pemerintah segera menggelar rundingan dengan organisasi Uni Eropa. Dari itu, pemerintah sewajarnya memberi kesan baik pada opini negara-negara barat.

    Anehnya, pembebasan Madani malah luput dari pemberitaan koran negara-negara barat. Kecuali harian Guardian yang hanya menulis: "Rejim Al-jazair membebaskan komandan Front Pembebasan Islam. Dan menimbulkan keraguan di kalangan wartawan yang mendukungnya". Tapi harian Al-Watan menilai Islam FIS sebagai manusia fanatik. Bila lawan menyayanginya, berarti lemah. Dudung