Kosep Tawasuth Versi NU

 

Sehabis sholat Isya, Abdullah Nasiruddin dan Syarif Abu Bakar dari AFKAR mengunjungi KH. Dawam Anwar, Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Kasysyaf Tambun Bekasi di kediamannya di Hay Asyir. Tokoh yang merupakan Katib Am PBNU Pusat ini berbicara panjang lebar tentang konsep yang di anut NU dalam berpolitik dan tanggapan terhadap berbagai macam ide-ide yang kontroversial yang di lontarkan tokoh reformis NU Dr.KH. Said Aqil Siroj (Katib PB NU Pusat)

Dr. Said Aqil menyatakan bahwa doktrin politik NU selama ini adalah menjauhi anarki (fitnah), apakah ini benar?

Pernyataan beliau tsb tidak proposional dan mengada-ngada, justru NU lah yang banyak berperan aktif dalam upaya meredam berbagai macam gejolak anarki yang terjadi pada masyarakat, bukti kongkritnya ketika jaman revolusi, NU mengeluarkan resolusi jihad dalam usaha menumpas gerakan G-30 S PKI jadi bukan hanya menjauhi anarki sebagai mana yang beliau nyatakan atau yang di sebutkan oleh Masyumi hanya nunut urip (menyambung hidup ) akan tapi Doktrin NU yang lebih tepat adalah bertindak tepat dan proporsional.

Beliau juga mengatakan seharusnya doktrin tersebut lebih di kembangkan lagi berdasarkan sikap positif atas realitas sosial politik, yakni upaya mengedepankan prinsip demokrasi dan HAM serta penegakan keadilan dan hukum?

Yang perlu di tekankan di sini model demokrasi yang bagaimana ? apakah demokrasi yang didengungkan oleh barat yaitu dengan liberalnya atau format demokrasi yang lain. Di sini perlu di tegaskan dan di rumuskan kembali, jangan-jangan bertentangan dengan Demokrasi Pancasila yang di anut oleh pemerintah selama ini. Juga mengenai hukum, apakah meniru model hukum barat yang justru membuat kacau umat Islam karena mereka telah mempraktekkan hukum tersebut, mengapa beliau tidak menyinggung hukum yang telah di rumuskan oleh Islam, justru kalau kita mempraktekkan hukum Islam secara konsekwen maka berbagai macam tindakan kriminalitas itu akan teredam

Tapi konsep tawassut yang di anut NU selama ini ternyata meniru yang di rumuskan Asy’ari, Al- Baqilani, alias tiru-tiruan?

Bukan begitu ! sebenarnya NU tidak mengarah kesana, bahkan konsep tawassut tersebut sudah lama di pegang NU sejak masih bergabung bersama Masyumi dan itu merupakan hasil kongres para ulama dahulu, sekarang maunya Said itu bagaimana sih ?, apa kalau kita mengadopsi dari sana engga boleh ? Apa lantas kita engga boleh mengambil dari ihya ? enak saja, jadi NU itu tidak akan bertindak ekstrim sebagai-mana dilakukan Masyumi yang akhirnya di bubarkan karena melakukan tindakan ekstrim. Jadi NU masih tetap dengan semboyannya ud’u ila sabili robbik

Ternyata yang menjadi pegangan NU selama ini adalah fiqh syiasinya al-Mawardi dengan al-Ahkam Assultoniah-nya?

Saya kira itu bukan satu-satunya masih banyak lagi kitab-kitab yang menjadi pegangan NU dan ini bukan masalah, jadi kalau NU semata-mata mengambil Fiqih syiasinya dari Mawardi ini tidak etis sekali dan seolah -olah memojokan NU, justru yang lebih tepat NU mengambil dari Al-Quran dan Al-Hadist, sedangkan Al-mawardi sebagian kecil saja yang menukil dari Al-quran dan Al-hadist dan secara kebetulan sesuai dengan NU.

Bagaimana tanggapan kalangan elite NU khususnya para kiai terhadap ide-ide kontroversial yang di loncarkan Said Aqil tersebut?

Oh.. beliau mendapatkan protes dari mana-mana khusus-nya waktu NU melaksanakan Halaqoh Ahli Sunnah Waljamaah yang pertama, beliau men-dapatkan hujatan yang keras bahkan sampai di daerah- daerah dan ada juga yang terang terangan meminta supaya beliau di copot saja dari jabatannya.

Lalu bagaimana reaksi dari kalangan muda NU sendiri?

Sebagian besar membela kebijaksanaan NU yang dahulu (kaum sarungan), tapi ada juga yang mendukung berbagai macam ide tersebut (golongan mahasiswa ) termasuk Ketua PMII Wilayah Jawa Timur yang mendukung pernikahan kontrak, yang di protes oleh ulama termasuk KH. Ali Yafie walaupun dia sekarang tidak lagi menduduki jabatan di PB. Kemungkinan karena kurang nya ilmu pengetahuan keislaman para mahasiswa itulah sehingga mereka mendukung ide-idenya dan karena memang enak loo... juga karena biar keliatan keren apalagi yang bicaranya doktor.

Benarkah konsep jalan tengah yang ditawarkan NU selama ini hanya sebatas dalam rangka menjaga harmoni?

Ini tidak benar, dalam muktamar NU tidak ada yang menyatakan keputusan tsb (hanya menjaga harmoni ) ini mungkin hanya rekayasa said saja dan ini sangat bid’ah sekali. Sebenarnya NU tetap melaksanakan ud’u ila sabili robika dan jalan tengah tersebut harus kita tempuh, apa kita mau menempuh yang tatorrup yasari atau yamini ? seharusnya dijelaskan bagusnya yang bagaimana? bukan hanya sekedar menafsiri Khittoh kita yang di pakai oleh NU terus disimpulkanseolah-olah negatif.