UPAYA
MENJADIKAN KMNU MESIR
SEBAGAI CABANG ISTIMEWA
Di kalangan masyarakat Indonesia di Mesir, KMNU cukup populer. Ini karena
didukung oleh beberapa kegiatan yang boleh dikata
"terus semarak". Ada diskusi dwi mingguan, loka karya, seminar, sarasehan
dan penerbitan. Majalah dwi bulanan 'Nuansa' (NU
harapan bangsa) merupakan media cetak yang beredar di hampir seluruh
warga masyarakat Indonesia di Mesir. Informasi tanah
air? KMNU menerbitkan 'Info Net' yang terbit setiap hari Sabtu. Info
Net memuat berita-berita segar di koran-koran,
majalah-majalah yang beredar luas di tanah air, yang diakses dari internet.
"Jadi walaupun hidup di perantauan , kita tidak kering informasi", ujar
ketua KMNU Qasim Saleh. "Info Net" ini kebanggaan kita,
sebab PPMI, ICMI, dan Keluarga Muhammadiyah di Mesir, sampai saat ini
belum mampu memanfaatkan teknologi canggih ini",
lanjut Qasim. "Padahal ketiga organisasi ini didukung dana yang 'aduhai'",
lanjutnya.
"Semua kegiatan kita juga masuk Home Page, jadi semua kegiatan KMNU
bisa diakses dari seluruh dunia. Kita juga menjadi
anggota KPDI (Komite Pengajian Darat ISNET -Islamic Network)", ujar
Abdur Rachim, koordinator Tim Pendayagunaan Internet KMNU.
Kemampuan dan aneka aktifitas KMNU di atas, membuat KMNU Mesir sangat
populer dan disegani. Sayangnya, sampai saat ini
KMNU belum "diakui" secara resmi oleh induknya (PBNU) di tanah air.
Sejarah KMNU
Organisasi mahasiswa ini didirikan aleh Najib Wahab dan kawan-kawan
tahun1960. Setelah menyelesaikan studi di Al Azhar
University, ia dikenal dengan panggilan KH. A. Najb Wahab, pengasuh
ponpes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. KMNU
didirikan, dimaksudkan untuk menggalang kegiatan studi dan membantu
kesulitan mahasiswa yang berlatar belakang pesantren.
"Ketika saya baru tiba di lembah Nil, 1963, KMNU lah yang menampung
dan membantu", kenang Harun Zaini, MA, ketika
menyampaikan pidato perpisahan 5 Desember '96 yang lalu dii sekretariat
KMNU, Nasr City, Cairo. Harun tiba di Mesir sebagai
maasiswa tiga puluh tahun yang lalu. Ia sempat berkawan dengan AbdurRahman
Wahid, Musthafa Bisyri, Mujib Mannan, Zaini
Dahlan, dan lain-lain. Berbeda dengan kawan-kawannya yang segera pulang
ke tanah air, Harun tetap bertahan di Mesir, bekerja
sebagai lokal staff KBRI Kairo. Jadi ia tahubetul perkembangan KMNU.
Maklumlah Harun pernah menjadi 'orang pertama' dalam
organisasi ini. 19 Januari 1997 Harun akan meninggalkan Mesir untuk
mengabdi di tanah air, tepatnya ke Malang.
Awalnya KMNU ini hanya beranggotakan beberapa gelintir mahasiswa. Tetapi
, sesuai perkembangan mahasiswa dan masyarakat
Indonesia yang datang ke Mesir, jumlah warga KMNU kian hari kian bertambah.
Sekarang tercatat lebih 1250 orang. Berbeda
dengan awal berdirinya, yang semua anggotanya mahasiswa, sekarang warta
KMNU beraneka ragam, tak ubahnya seperti NU di
tanah air. Ada mahasiswa-tentu ini mayoritas, pegawai KBRI:, ibu rumah
tangga, pengusaha, bahkan belakangan juga TKI dan
TKW. "Mereka harus diterima sebagai warga KMNU", ujar Qasim Saleh.
"KArena dari aneka profesi itulah KMNU menjadi
kuatdan mengakar. Bahkan dalam beberapa kegiatan, mahasiswa dari berbagai
negara, seperti Malaysia, Thailand, Brunai,
Tanzania, Afrika Selatan, Turki dan lain-lain, sering tampak begitu
asyik mengikuti kegiatan KMNU. Kebinekaan anggota dan
kegiatan itu mendorong sebagian besar masyarakat Indonesia di Mesir
yang sudah berpenghasilan ikhlas menjadi donatur tetap
KMNU. Ini menunjukkan "pengakaran"masyarakat akan manfaaat eksistensi
KMNU Mesir.
Cabang NU Istimewa
Atas dasar kondisi obyektif di atas, para pengurus dari periode ke periode
berusaha agar KMNU "diakui" oleh induknya di
Indonesia. Sebab, mulai berdiri sampai saat ini KMNU belum pernah tercatat
sebagai bagian dari NU di taah air. Usaha terus
dilakukan, walaupun belum mendapatkan respon dari PBNU.
Sebagai bagian dari usaha ke arah itu, unek-unek diatas disampaikan
kepada setiap person PBNU yang kebetulan berkunjung ke
Mesir, misalnya KH. Ma'ruf Amin, KH. A. Wahid ZAini, KH. IMron Hamzah,
dan terakhir pada H.Rozy Munir, SE. Msc. Ketua
PBNU, yang terakhir ini, ketika menghadiri diskusi dua mingguan KMNU,
26 Desember 1996 yang lalu "ditodong" oleh pengurus
untuk mengusahakan agar KMNU Mesir diakui sebagai organ resmi NU di
Indonesia. "Memang ini tidak mudah" ujarnya. Sebab,
walaupun kita sejak dari tanah air sudah NU, istilah KMNU tidak dikenal
dalam AD/ART. "Apalagi kedudukan organisasi ini
berada di luar negeri", lanjutnya beralasan. "Tetapi saya akan berusaha
untuk membicarakan persoalan ini di PBNU", janjinya.
"Tentu dengan syarat KMNU mau menyesuaikan nama organisasi sesuai AD/ART
NU hasil muktamar Cipasung. Saya
menyarankan KMNU ini menjadi 'cabang NU Istimewa' di Mesir. Konsekuensinya,
struktur KMNU yang terdiri dari Majlis
Penasehat dan Pertimbangan (MPP), DewanPngurus (DP), dan Lembaga Fungsional
(LF) harus berubah menjadi Syuriah,
Tanfidziyah, dan mungkin LAKPESDAM. Kegiatan kepemudaan dan mahasiswa,
nantinya dapat dibentuk GP Anshar, atau
IPNU-IPPNU, sedang NU puteri bisa dibentuk fatayat dan seterusnya sesuai
dengan kebutuhan", begitu saran Rozy Munir.
Jika KMNU siap menyesuaikan struktur organisasi sesuai dengan AD/ART,
dan segera mengajukan permohonan ke PBNU, insya
Allah pengakuan itu akan segera turun. Anjuran salah seorang ketua
PBNU ini sangat menyenangkan warga KMNU Mesir. Soal
'penyesuaian' menurut ketua KMNU dan sekretaris KMNU, Qasim Saleh dan
Yusuf Wijaya, insya Allah tidak ada masalah.
Tetapi, tentu harus melalui konfrensi dan rapat anggota lebih dahulu.
"Jika tidak ada uzur, rapat akan dilaksanakan pada akhir bulan
Ramadlan 1417 yang akan datang", ujar Yusuf mantap.
Jika impian KMNU Mesir menjadi cabang istimewa menjadi kenyataan, tidak
lama lagi, cabang-cabang NU di luar negeri akan
bermunculan. Misalnya yang potensi warga NU-nya cukup besar adalah
Arab Saudi, Syiria, Sudan, Irak, Iran, Jerman, Belanda,
Perancis, Canada, Australia, dan Amerika Serikat. Sebab menurut Rozy
Munir potensi warga NU di negara-negara ersebut cukup
dominan.
Pengakuan secara organisatoris terhadap KMNU, menurut sebagian warga
NU di Mesir sangat penting. Karena semua kebijakan
dan informasi intern NU di tanah airakan segera dikirim ke seluruh
cabang-cabang ermasuk cabang yang ada di luar negeri. Di era
kecanggihan teknologi, jarak geografis tidak akan menjadi kendala penyampaian
informasi. Dengan demikian NU akan bertambah
mengakar, solid,dan kuat. Demikian harapan warga KMNU Mesir.
Semoga harapan baik mereka segera menjadi kenyataan. Mengingat organisasi
lain seperti ICMI dan Muhammadiyah begitu
mudah bahkan-didorong oleh induknya-untuk mendirikan cabang di luar
negeri.
Masalah mendirikan cabang NU di luar negeri itu sulit, atau dipersulit?
Suatu pertanyaan yang sepatutnya segera menjadi
'perhatian' PBNU untuk dijawab.
Laporan : Imam Ghazali Said (Cairo)
Untuk majalah AULA |