[ Sejarah Perjalanan IPPNU ]

EPILOG

Sebagai organisasi yang sudah berusia cukup matang, wajar apabila banyak pertanyaan dan kritikan diterima oleh IPPNU. Pada dasarnya semua itu untuk menggugat sampai sejauh mana kiprah IPPNU dalam menjawab tantangan kekinian yang memerlukan sikap dan perilaku yang lebih profesional dan mandiri, serta secara organisatoris mampu menyediakan habitat bagi tumbuhnya kreativitas dan dinamika remaja putri.

Era kesejagatan pada milenium ketiga telah meniscayakan semua bangsa di dunia untuk berani dan mampu melakukan kompetisi dalam segala bidang. Bidang-bidang tersebut akan bisa terkuasai dan terakomodir jika secara kualitatif manusianya dapat bersaing dan mengakses informasi secara benar dan utuh.

Dalam kaitannya dengan tuntutan modernitas dan profesionalisme saat ini, diakui atau tidak organisasi semacam IPPNU memang masih memerlukan penanganan yang lebih serius dari kader-kader terbaiknya. IPPNU harus masih keluar dari koridor "stereotype" keperempuanannya masa lalu, yang selalu menempatkan persoalan-persoalan perempuan "ansich". IPPNU harus memperluas agenda utama aktivitas organisasi di luar ritual agamis semata. IPPNU juga harus lebih mempedulikan optimalisasi serta elastisitas kader yang semestinya dapat digunakan dan difungsikan sesuai dengan kecenderungan masyarakat.

Selain masalah manajemen organisasi, perangkat administrasinyapun harus mendapatkan perhatian yang lebih serius. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan sebuah sistem terpadu yang memberi keyakinan terhadap masyarakat luar untuk menilai profesionalisme kerja sebuah organisasi, koordinasi dan kesadaran akan tanggung jawab, serta komitmen ke-NU-annya, bahwa berorganisasi bukanlah berarti seseorang lantas bekerja sendiri dan tidak menyadari semuanya sebagai kerja tim. Hal itu barangkali merupakan sebuah refleksi utuh terhadap semua penyakit yang menjadi kelemahan IPPNU hampir di seluruh wilayah dan cabangnya di Indonesia. Sudah saatnya sekarang eksistensi IPPNU dikaji ulang oleh seluruh anggotanya, karena sudah tidak relevan lagi dengan zamannya.

Berbagai pikiran dan opini pada akhirnya telah menyadarkan IPPNU, bahwa IPPNU harus melakukan reformasi besar dan berani. Oleh karena itu dalam kerangka mempersiapkan sumber daya IPPNU yang matang, mandiri dan siap bersaing dengan komunitas global, IPPNU telah melakukan rekonstruksi sejarah dan mereformasi seluruh bentuk program kegiatan, visi, misi dan strategi kinerjanya dengan disahkannya hasil rumusan teoritik hasil kongres XI IPPNU di PP Al-Musaddadiyah, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 16 Juli 1996. Harapan yang diinginkan adalah, dengan adanya semangat pembaharuan untuk secara teliti menggali serpihan sejarah berdirinya IPPNU serta aktivitasnya dalam menambah catatan perjuangan bangsa Indonesia, IPPNU kini dan yang akan datang akan semakin eksis diterima sebagai organisasi alternatif bagi pengembangan kreativitas remaja putri di seluruh tanah air.

Untuk maksud di atas, diharapkan buku sejarah ini bisa dijadikan pedoman bagi warga IPPNU dalam menjelaskan eksistensi IPPNU kepada calon kader IPPNU atau kepada seluruh masyarakat yang berminat tentang apa dan bagaimana IPPNU melakukan kiprahnya di masyarakat, serta apa saja sumbangsih yang selama ini telah diberikan IPPNU bagi bangsa Indonesia. Sudah barang tentu setiap pekerjaan yang dimulai dari tahap awal selalu memunculkan banyak kendala dan kekurangan-kekurangan disebabkan oleh tidak lengkapnya data-data sumber sejarah dari para pelaku dan pendiri IPPNU, sementara itu dokumen yang ada kurang memadai.

Sebagai dokumen historis yang memuat berbagai agenda kegiatan organisasi sejak masa berdirinya, dapat dilihat adanya paduan yang cukup sinergis antara IPPNU dulu dan kini yang kemudian mendasari dirumuskannya citra diri yang dikembangkan melalui intuisi kritis dari kader-kadernya. Sebuah citra yang diharapkan akan tetap eksis dan memiliki nilai perjuangan yang luhur dan dapat terwariskan dari generasi ke generasi, adalah sebuah citra yang merupakan hasil pengembaraan dan refleksi terhadap keberhasilan dan kegagalan "founding fathers" beserta alumninya yang kemudian dimanifestasikan dalam sebuah harapan dan cita-cita sebagai "insan kamil" dan "khaira ummah".

Setelah berhasil merekonstruksi sejarahnya secara utuh, apakah IPPNU akan diam di tempat ataukah sebaliknya, melangkah maju dengan semangat baru, menjadi pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap anggotanya. Masalahnya, kembali kepada kader-kader IPPNU sendiri, apakah hal itu akan tetap tinggal sebagai pertanyaan yang tidak terjawab?

 

www.kmnu.org - Copyright © NU Mesir