[  H. Matori - Dari NU Untuk Kebangkitan Bangsa ]

Optimis atau Pesimis?

   Melihat perkembangan dan kerusuhan di daerah orang
menjadi ngeri. Meski demikian, kita tetap berharap bangsa
ini tidak mengarah pada perpecahan. Negara ini tidak akan
ambyar atau mengalami seperti bekas negara Yugoslavia
dikerat-kerat menjadi potongan-potongan kecil negara
suku atau daerah. Argumentasi yang bisa diajukan untuk
itu adalah pengalaman sejarah seperti dirumuskan oleh
Otto Bauer bahwa bangsa (nation) merupakan "persatuan
perangai yang timbul karena persatuan nasib" (..eine aus
schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft .
Persatuan nasib, dalam hal ini adalah penjajahan oleh
bangsa asing yang menimbulkan penindasan, penderitaan,
dan pemiskinan bangsa dapat menjadi lem perekat
persatuan dan kesatuan bangsa. Di samping itu, ada
sejumlah fakta yang mendukung optimisme itu.
   Pertama, administrasi pemerintah yang disatukan (ttni-
fled administration), Tiap daerah seliarang ini sudah tidak

H. MATORI ABDUL DJALIL: DARI NU UNTUK KEBANGKITAN BANGSA

ada yang Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida)-nya
murni putra daerah setempat. Bupatinya dapat datang dari
Jawa, pimpinan militernya dari Padang dan Kepala
I<ejaksaaan bisa orang Ambon atau Batak. Selama puluhan
tahun, mereka sudah dilatih untuk berpikir dalam kerangka
nasional bukan kedaerahan.
  Kedua, bahasa Indonesia teIah menunjukkan keheba-
tannya sebagai alat pemersatu dan alat komunikasi yang
efektif bagi masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia
merupakan rakitan dari berbagai budaya, kira-kira sepertiga
dari bahasa Sansekerta, sepertiga dari bahasa Arab, dan
sisanya dari bahasa-bahasa Eropa. Seperti sebuah sepeda,
komponen-komponennya berasal dari banyak macam
pabrik dan merk, tetapi akhirnya menjadi satu entitas ter-
sendiri. Bahasa terbukti telah menjadi kekuatan yang
mempersatukan aneka suku dan golongan di Indonesia.
  Ketiga, pembangunan yang dijalankan selama ini
dengan segala positif dan negatifnya telah melatih bangsa
Indonesia untuk saling bergantung (interdependen) antara
daerah yang satu dengan daerah lain, Kebutuhan orang di
Pulau Jawa akan dipenuhi dari pulau atau daerah lain.
Pulau Jawa "sendirian" tidak akan dapat menghidupi
warganya bila tidak dibantu oleh daerah lain.
   Ketiga kekuatan itu menjadi modal untuk mem-
pertahankan persatuan bangsa. Keunikan golongan, suku,
dan daerah harus dihayati dalam semangat kebhinekaan.
Artinya, kita tidak perlu melakukan oversimplifikasi,
menggampangkan masalah dengan melupakan berbagai
perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu harus dilihat dari
semangat menjunjung tinggi kebhinnekaan. Bagaimana
perbedaan-perbedaan itu diselesaikan dalam konteks
MEMBANGUN PERSAUI)ARAAN SEJATI

kebhinnekaan? Berkaca dari pengalaman masa lampau
partai-partai politik nanti dapat menjadi wahana untuk
menyelaraskan perbedaan-perbedaan itu menjadi zlnikzlm
kebinekaan. Bagi PKB, Negara Kesatuan Republik Indo-
nesia yang berdasarkan Pancasila adalah bentuk final bagi
bangsa Indonesia. PKB, bersama partai-partai lain, secara
tegas akan menolak dan menentang segala upaya untuk
memecah belah persatuan dan persaudaraan kebangsaan
Indonesia. Dengan peran partai-partai politik akan terbina
persaudaraan baru sebagai bangsa yang bersatu. Paling
tidak, PKB sudah memulai dengan menyatakan diri sebagai
partai terbuka untuk siapa saja, warga bangsa ini. Tiba
waktunya kita bangkit membangun persaudaraan, keadilan,
dan penegakkan hukum bagi kesejahteraan dan persatuan
bangsa. Hendaknya partai politik mampu menjamin
pelaksanaan kewajiban-kewajiban negara agar etika dan
             1

moral tetap terjaga dalam masyarakat.
  Bagaimana partai-partai dapat menjaga agar ke-
pemimpinan negara yang bukan hanya individu, tetapi
sistem atau institusi dapat menjalankan perannya dengan
baik? Seperti dikatakan cendekiawan Nurcholis Madjid,
yang diperlukan bukan pembentukan negara-agama,
melainkan komitmen bangsa untuk selalu memakai
pertimbangan etis di segala bidang persoalan. "Meskipun
sebuah negara tidak berdasarkan agama ..., tetapi jika
kukuh memengang komitmennya terhadap etika maka
negara itu akan kuat," tegas Cak Nur.
  Masyarakat akan belajar bahwa bangsa yang bersatu
akan lebih kuat daripada bangsa yang terpecah belah.
Bangsa Indonesia akan belajar bahwa persatuan yang
rasional akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan

H. MATORI ABDUL DJALIL: DARI NU UNTUK KEBANGKITAN BANGSA

percerai-beraian. Jadi, terlalu optimistis bila dikatakan
bahwa kesulitan yang dihadapi bangsa Indonesia dapat
diselesaikan dengan gampang. Tetapi, terlalu pesimis juga
bila dikatakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi tidak dapat
diselesaikan oleh bangsa Indonesia.
  Dengan, dan melalui persaudaraan sejati, insya Allah
Pada waktunya nanti bangsa Indonesia dapat keluar dari
kesulitan-kesulitan besar yang dihadapi.
 

Sumber Bacaan
Kompas. "Cak Nur: Negara Agama tidak Diperlukan" 13
Januari 1999.
DPP PKB, Garis Perjtldngan Partai Kebangkitan Bangsa,
1998
Kartono Mohamad, "Etika Masyarakat Madani", dalam
Kompas, 12 Januari 1999
Masdar Farid Mas'udi, "Agama dan Pluralitasnya", dalam
  Th Sumartana et al. (ed) Mendidik Manusia Merdeka
(Yogyakarta: Interfidei, 1995)
Kompas, 28 Desember 1998 "Polling Kompas"
I. Haryanto (ed), Melangkah dari Reruntuhan Tragedi
Situbondo (Jakarta: Grasindo, 1998)
Flip Litaay, "Nasionalisme dan Integrasi Nasional" dalam
Bind Ddrmd, No. 55 Juni 1997
Samuel S. Lusi, Ekspansi Partisipasi Politik Massa ke Arah
  Kebangkitan Civil Society", dalam Bind Darma No. 54
  Tahun 1997
 


www.kmnu.org - Copyright © NU Mesir