[ Musykilat dalam NU]

 
Perkuat Keimanan Islam
Oleh Luthfi Basori

Sinkritisme  adalah   faham  yang  gerakannya   berupa  upaya  mempersatukan agama-agama  yang   ada  di  dunia.   Ensiklopedia  Britannica  menjelaskan, "religious  syncretism  is  the  fusion  of diverse  religious  beliefs  and practices". 

Penganut  sinkritisme bekerja  melalui cara  selalu mencari titik  temu dari perbedaan-perbedaan ajaran  yang ada pada setiap  agama. Baik perbedaan yang menyangkut  prinsip dasar  beraqidah  maupun perbedaan  yang bersifat  furu' (khilafiah  amaliah)  atau  perbedaan  cara pengamalan  suatu  ajaran  dalam bermadzhab.  Gerakan ini  memberikan  pemahaman, bahwa  pada dasarnya  semua agama  adalah  sama.  Semua  agama  mengajak kepada  kebaikan  dan  melarang kejahatan.  Berupaya  mengajak  ummat  seluruh dunia  bersatu  dalam  setiap langkah, berusaha  melakukan pendekatan satu sama  lain dan lebih menjunjung tinggi ikatan kemanusiaan,    dari    pada    kebersamaan    seagama. 

Mereka  bergerak di  hampir semua  sektor kehidupan, baik  politik, ekonomi, kebudayaan maupun  agama. Tujuan  mereka menjadikan dunia  suatu wadah besar dengan keyakinan yang sama yaitu "kemanusiaan". 

Cara  pendekatan  yang dilakukan,  secara  langsung  maupun tidak  langsung, dengan   menanamkan  keragu-raguan   kepada   setiap  penganut   agama  atas keyakinannya  terhadap ajaran  yang  mereka anut.  Mereka mengajak  penganut agama tersebut  untuk mengosongkan pikiran sebelum  menerima faham baru yang 
dihasilkan dari penyatuan ajaran agama-agama sesuai dengan pemahaman mereka. Yaitu menukil beberapa ajaran dari tiap-tiap agama yang berbeda, yang mereka anggap baik  dan bisa mempersatukan ummat  beragama seluruh dunia dalam satu wadah. 

Gerakan  yang  berlandaskan sinkritisme  ini  sudah  sejak lama  berkembang. Adakalanya  terbatas pada  pemersatuan agama-agama  samawiah. Ada  juga yang secara menyeluruh, termasuk  upaya mempersatukan sekte-sekte yang berkembang 
dalam setiap agama. 

Sebagai contoh, pendapat dua orang tokoh (yang dikutip dalam al Raddu ala al Manthiqiyyin karangan  Ibnu Taimiyyah halaman 282  cetaklan II/1396 H), Ibnu Sab'in dan Ibnu Hud  at Talmasani beranggapan, bahwa orang yang paling mulia adalah yang  mengajak semua  ummat beragama bersatu  secara menyeluruh dalam satu wadah. Dan apabila  sudah terjalin persatuan di anatara ummat beragama, maka  tidaklah membahayakan  bagi seseorang  yang mengamalkan  ajaran Islam, Nasrani dan Yahudi dalam waktu yang bersamaan. 

Pada  akhir  abad  ke  18 Djamaluddin  al  Afghani  ikut memarakkan  gerakan penyatuan agama-agama  samwiyah. Ia antara lain  berucap: "Sesungguhnya tiga agama yaitu Yahudi, Nasrani  dan Islam mempunyai dasar dan tujuan yang sama. Apabila salah satu di  antara ketiganya punya kekurangan di dalam penterapan ajaran kebaikan, maka dapat disempurnakan oleh yang lainnya. Karena itu saya berharap  agar  penganut  tiga  agama tersebut  bersatu  padu  (al A'mal  al Kamilah,  karangan  Djamaluddin  al  Afghani-Muhammad  Imarah  hal.  69). 

Dalam  kaitan itu  seorang  pendeta Inggris  bernama Ishaq  Taylor menyambut baik. Bahkan berusaha mengadakan pendekatan antar agama untuk menemukan satu ajaran   yang   bisa   mempersatukan   ummat  Islam   dan   ummat   Nasrani. 

Di Mesir,  pada tahun  1919 M terjadi  upaya penyatuan Islam  dan Nasrani di bawah pimpinan  Sa'ad Zaghlul,  hingga terjadi pula  pembauran lambang Bulan Sabit  dan Salib  sebagai lambang persatuan.  (al  Islam wa al  Hadlarah al Arabiyah hal. 81 karangan Muhammad Rasyid Ridla). 

Para modernis Islam yang ikut memarakkan gerakan sinkritisme diantaranya : 

  1. Dr.  Abdul Aziz Kamil :  "Kami di Timur  Tengah mengimani ke-Esaan Allah, baik lewat  satu agama  maupun lewat agama  lain. Saya katakan  dengan tegas bahwa  Islam,  Nasrani  dan  Yahudi  adalah sama.  Bahkan  dalam  pengertian trinitas Nasrani berakhir pada ke-Esaan Tuhan. Inilah yang dinamakan wilayah Tauhid (ke-Esaan Tuhan). Hanya  saja gambaran dan penafsiran secara filsafat yang berbeda". (al Islam wa al Ashr karangan Abdul Aziz Kamil).
  2. Dr. Rifa'ah at Thahthawi berpendapat bahwa manusia tidaklah dibagi menjadi "mukmin  dan  kafir". Yang  benar  dibagi  menjadi "modern  dan primitif"  -(Ghozwun min ad Dakhil hal. 64 karangan Dr. Muhammad Imarah).
  3. Dr. Hasan Hanafi dengan terang-terangan menyatakan bahwa hakikat agama itu tidak ada. Yang ada hanyah  peninggalan dari kaum tertentu  yang lahir dari zaman tertentu, sehingga memungkinkan untuk berkembang di masa-masa tertentu/  berikutnya. (at  Turats  wa at  Tajdid hal.  22, karangan  Hasan Hanafi).
Di Indonesia, sejenis kegiatan yang dikhawatirkan dapat mengarah atau paling tidak menimbulkan kesan cendrung synkristis, akhir-akhir ini sering terjadi. Antara  lain yang  dilakukan oleh  Dr. Said  Aqiel Siradj. Gerakan  Dr. Said Aqiel  bukan  hanya  terbatas  pada  perkataan atau  pemikiran  semata.  Ia, misalnya, tampil  di atas mimbar dalam acara  misa di Gereja Katolik Aloyius Gonzaga Surabaya (Harian Surya, Minggu1 Maret 1998). 

Di samping itu banyak  pertemuan dilakukan Said Aqiel dengan tokoh-tokoh non muslim dalam  acara-acara khusus. Diantaranya dalam  seminar nasional "Khong Hu Cu,  Sabtu 15 Nopember  1997. Said Aqiel mengatakan:  "Di Indonesia Islam sudah  paling  besar,  mayoritas,  terwakili, mau  nuntut  apalagi.  Tinggal 
dulur-dulur, misan-misan  (saudara-saudara) kita yang masih  belum punya hak ini harus kita perjuangkan, kenapa dibedakan ?". 

Dukungan moril Said Aqiel ini membuat Tjhie Tjay Ing, Ketua Dewan Rohaniawan Majelis  Tinggi Agama  Khong Hu  Cu Indonesia  (Matakin) tidak  bisa menahan haru. Terakhir, dalam suatu acara diskusi di Jakarta, dia menciptakan paduan salam  yang  biasa  digunakan ummat  Kristen  dengan  ummat Islam,  sehingga 
diucapkannya:   "Salam   sejahtera  bagi   kita   semua,  Assalamu   alaikum warohmatullahi wabarakatuh.  Saya dahulukan yang Kristen  karena Yesus lebih dulu dari Muhammad". 

Lama sebelum itu, di era 1975-an Gus Dur sudah mendahului melakukan kegiatan yang kemudian disiarkan oleh suratkabar sebagai berikut: 

"Hampir  disetiap acara  yang diadakan  PGI, Gus  Dur selalu  diundang untuk berbicara.  Bahkan pada  1975 -  1980 ia  mendapat kehormatan  berceramah di lingkungan Gereja  Kristen Jawi  Wetan Malang. Setiap bulan  selama 5 tahun. Bayangkan,  lima kali  dua belas, kan  sudah 60  kali," ujar Gus  Dur sambil tertawa. Di  samping sering berbicara di  lingkungan Kristen, khususnya PGI, 
Gus  Dur  juga  sering muncul  di  lingkungan  Katolik. "Malah  frekwensinya mungkin lebih  tinggi," ujarnya.  Ini dikarenakan menurut Gus  Dur, ia biasa diundang  PGI  hanya  di  acara-acara  yang bersifat  formal  yang  tentunya frekwensinya  tidak  terlalu tinggi.  Sedangkan  di  lingkungan Katolik,  di seminar-seminar  kecilpun Gus  Dur diundang,  "ya semacam  sarasehan." (Jawa 
Pos, Kamis 26 Oktober 1980.) 

Dalam artikel  yang berjudul "Bukti Pendangkalan  Agama" yang dimuat di Jawa Pos  disebutkan, "  Gus Dur  juga mengemuka-kan,  selama ini ada  pihak yang salah mengartikan satu ayat  al Qur'an yang menyatakan, ummat Islam bersifat sopan santun kepada sesama saudara agama, tetapi bersifat keras kepada orang kafir. Kata  "kafir" mereka menafsirkan non-Islam,  itu keliru. Padahal kata 
"kafir"  itu dapat  diartikan  orang tidak  beragama." (Jawa  Pos,  Senin 20 Januari 1979). 

Pendapat KH.  Abd Rahman  Wahid bahwa orang-orang  "kafir" diartikan sebagai mereka yang tidak beragama,  tidak jauh berbeda dengan pendapat Dr. Muhammad Imarah maupun Rifa'ah at Thahthawi. 

Agar  tidak larut dalam  situasi semacam  itu, sudah seharusnya  ummat Islam memperkuat keimanan Islam dengan  mengingat kembali dan berpegang teguh pada firman-firman Allah, diantaranya: 

  1. dalam al Qur'an surat Ali Imran ayat 19 yang artinya, "Sesungguhnya agama (yang diridlai) di sisi Allah hanyalah agama Islam".
  2. pada ayat 85 Allah SWT juga menerangkan yang artinya : "Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk-orang-orang yang rugi"
  3. meragukan kesempurnaan agama Islam berhadapan dengan surat al Maidah ayat 3, yang artinya "Pada hari ini , telah Ku-sempurnakan untuk kamu (Muhammad) agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridlai Islam menjadi agamamu"
  4. surat an Nisa' ayat 115, Allah berfirman yang artinya "Dan barang siapa yang menentang Rasul (Muhammad) sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali"
  5. Agama Islam tidak mungkin disejajarkan dengan agama-agama lain, sebab Allah telah membatalkan agama-agama lain tersebut dengan datangnya Islam. Firman Allah surat Saba' ayat 28 yang artinya, "Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"
  6. dalam surat at Taubah Allah juga berfirman yang artinya, "Dialah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al Qur'an) dan agama yang benar, untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai."
Semoga Allah  SWT melindungi  ummat Islam dari pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan  kekafiran. Dan  semoga  Allah SWT  menumbuhkan ketegaran  ummat Islam  untuk  selalu  mengatakan  kebenaran  sekalipun  itu  pahit  dirasakan.

 
www.kmnu.org - Copyright © KMNU Cairo - Egypt