Bisri
Syansuri 1887-1980. Lahir di Tayu (Pati, Jawa Tengah). Pendidikan awal
diperolehnya di beberapa pesantren lokal, dan kemudian belajar kepada Kiai
Kholil di Bangkalan (dimana dia bertemu Kiai Wahab Chasbullah untuk pertama
kalinya) dan kepada Kiai Hasjim Asj'ari di Tebuireng (1906-12, bersama
Wabab). Ketika sedang berada di Mekkah, dia menikahi adik perempuan Kiai
Wahab, dan sepulangnya dari sana dia terlebih dahulu menetap di pesantren
mertuanya di Tambak Beras, Jombang. Pada 1917 dia mendirikan pesantren
sendiri di Denanyar. Dia terlibat dalam pebentukan NU pada 1926 dan sejak
awal menjadi anggota pengurus, walaupun bukan jabatan paling penting.
Kiai Bisri pada mulanya adalah seorang ulama ahli fiqh dan seorang guru,
tetapi semakin lama semakin terlibat dalam politik. Ketika Masyumi dibentuk
pada 1943, dia aktif di tingkat lokal, dan pada 1945 menjadi salah seorang
wakilnya di dalam Komite Nasional Pusat (KNIP).
Setelah pemilu 1955 dia menjadi anggota Dewan Konstituante sampai badan
ini dibubarkan, dan sejak 1971 hingga akhir hayatnya menjadi anggota DPR
semula mewakili NU, dan sejak 1973 mewakili PPP. Setelah Kiai Wahab Chasbullah
meninggal dunia pada bulan Desember 1971, Kiai Bisri (yang waktu itu menjabat
wakilnya) mengantikannya sebegai Rois Aam. Ketika NU bergabung ke PPP,
Kiai Bisri juga menjadi ketua Majelis Syuro partai ini. Pendirian prinsipil
NU dalam sejumlah perbenturan dengan pemerintah selama 1970-an biasanya
dikaitkan dengan kepemimpinan Kiai Bisri. (Masyhuri 1983; Wahid t.t.; Budairy
1984; Tempo 1981: 645-6) |