Dengan argumentasinya itu ia dapat meyakinkan banyak orang bahwa kemarahan yang begitu cepat itu keliru. Dari kasus Monitor ini, pada sisi lain menunjukkan bahwa konflik setiap saat bisa meletus antara dua umat atau lebih. Pada kasus Monitor (5 ini memang seorang pemimpin agama dihadapkan pada pilihan yang sulit, tetap menjalankan tugas dan fungsinya memimpin atau me- ngikuti arus massa yang marah. Lebih-lebih bila kasus itu mengarah pada suatu yang sangat berbahaya. Sikap dan tindakan Gus Dur dalam menyikapi kasus Monitor ini, memiliki keberanian yang saya kagumi. Pada titik yang sangat kritis, ia lulus ujian di mana banyak pemimpin lainnya gagal. Sikap seperti itu mencerminkan kesa- daran dan karena kesadarannya itu ia memiliki penglihatan yang mencerminkan kapasitas dirinya sebagai seorang negarawan. Jelas, yang dipikirkan Gus Dur bukan hanya kepentingan satu kelompok saja tetapi kepentingan seluruh bangsa. Sikap, tindakan dan pikiran yang demikian itu, tidak dikarenakan pengaruh dan didalangi Ben- ny Moerdani. Sikapnya yang demikian, didukung lagi dengan Rois Aamnya, KH Achmad Siddiq yang memiliki cakrawala yang luas. Kiai Ach- mad Siddiq, di antara para kiai, merupakan sosok yang bisa me- ngambil jarak dari kelompoknya sendiri dan bisa melihat kepen- tingan yang lebih luas. Kiai Achmad Siddiq mengungkapkan masa- lah ini dengan ungkapan yang sedikit lebih tradisional. Ia berbicara tentang perlunya ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama Mus- lim. Kemudian dia menambah lagi dua ukhuwah lain, yaitu ukhu- wah wathaniyah (persaudaraan antar orang sebangsa, setanah air) dan ukhuwah basyariyah yang mencakup persaudaraan seluruh ma- nusia. Tentang Kiai Achmad Siddiq ini, Gus Dur pernah menga- takan kepada saya, bahwa Kiai Achmad Siddiq mempunyai cakra- wala yang dapat melihat bahwa kelompok NU memang berposisi terbelakang dalam negeri ini. Masyarakat seluruh dunia sedang ber- ubah cepat, jadi dia bisa mengaitkan antara visinya terhadap kepen- tingan orang NU, kepentingan seluruh umat Islam Indonesia dan Indonesia sebagai dunia ketiga. Tampak di sini, Kiai Achmad Siddiq bisa mengungkapkan dan mendefinisikan permasalahan yang diha- dapi umat, suatu agenda pembicaraan yang selalu diungkapkan Gus Dur juga, hanya dalam hal ini Gus Dur mengungkapkan de- ngan cara yang lebih canggih. Banyak orang di daerah tidak bisa mengikuti dan memahai pe- mikiran Gus Dur. Meskipun begitu ada kesadaran di kalangan Orang yang tidak bisa mengikuti pemikiran ini yang kurang lebih begini: NU memang membutuhkan pemimpin yang memiliki visi yang luas. Oleh orang-orang ini, Gus Dur memang selalu kritik tetapi kritiknya hanya menyangkut beberapa hal saja tidak menca- kup orang secara keseluruhan dan hanya terfokus pada perilakunya yang dianggap nyleneh. Ada kesadaran umum, bahwa Gus Dur me- mang dibutuhkan NU untuk bisa membawa warga NU kepada ma- sa depan yang lebih baik. Lebih-lebih setelah orang-orang daerah ini melihat dan menyadari, realitas orang-orang NU yang banyak disingkirkan dari posisi strategis, terbelakang secara pendidikan, sosial dan ekonomi, sehingga membutuhkan pemimpin yang bisa membawa NU yang memiliki budaya sendiri untuk berhubungan dengan kelompok lain. Jauh sebelom Gus Dur, NU pernah memiliki Subchan ZE. Sub- chan tidak berasal dari kalangan NU, pendidikannya bukan pesan- tren, konon suka berdansa-dansi dan kehidupannya sangat 'seku- ler'. Tetapi ia memiliki loyalitas terbadap NU serta memiliki cakra- wala luas dan pandangan strategis ke depan, di samping memiliki hubungan dengan berbagai kelompok masyarakat. Memiliki hu- bungan baik dengan militer dengan kalangan religius dan sekuler dari PSI sampai orang Masyumi. Subchan juga orang yang memiliki banyak dimensi. Orang seperti ini diperlukan. Pada waktu itu para kiai tidak senang dengan Subchan, tetapi para pengurus cabang yang bukan kiai tetap membutuhkan jembatan untuk berhubungan dengan kelompok masyarakat lain. Mereka memilih Subchan Secara terang-terangan walaupun tidak disenangi Kiai Bisri. Sama dengan Gus Dur, orang di daerah terutama pengurus cabang, me- rasa sevisi dengan Gus Dur. Lebih-lebih Gus Dur memiliki hubung- an internasional yang luas, bisa masuk di kalangan apa saja dan me- miliki hubungan baik dengan ABRI. Yang 'lebih' dari Gus Dur adalah bahwa ia selalu kritis dengan kelompok lain. Dengan Benny Moerdani misalnya, meskipun ber- hubungan baik tetapi ia tetap kritis. Ia terang-terangan mengkritik Benny dalam Kata Pengantar Biografinya misalnya, ia menulis seba- gai seorang yang sangat menghargai hak-hak asasi manusia, ia tidak lama ataupun yang baru, Pada sisi lain, sikap Gus Dur itu juga bisa memberikan perlindungan pada generasi muda NU yang haus akan pemikiran baru dan suka berpikir kritis baik dalam masalah agama maupun bidang politik. Saya melihat di tubuh NU, teruta- ma di kalangan mudanya suatu suasana diskusi yang lebih bebas di- bandingkan dengan suasana yang sama pada ormas Islam lainnya, maupun yang non Islam, Suasana yang tercipta itu pada sisi lain memunculkan satu pro- ses kreatifitas olah nalar yang sudah terlalu mengalami kemandeg- an dalam berpikir dan saya kira Indonesia memerlukan generasi baru yang berani berfikir kreatif. Kelak lapisan muda NU yang te- ngah mekar dengan situasi berfikir bebas itu akan memunculkan pemikiran besar. Pemikiran kritis dan besar itu perlu karena bangsa yang tidak memiliki pemikir-pemikir kritis maka bangsa itu tidak akan menghasilkan apa-apa Dari sini bisa dipahami tidak mungkin bagi kita untuk meng- kritik Gus Dur hanya dari segi pemikiran saja secara negatif, karena pada sisi lain banyak menimbulkan implikasi positif. Pemerintah (6 biarpun tidak senang dengan banyak hal yang dikemukakan Gus Dur, menyadari diperlukan juga orang-orang yang berfikir kritis se- perti Gus Dur.7 Kalau dia bicara soal kerukunan antar penganut umat beragama, semua orang tahu hal itu dikemukakan Gus Dur secara bersungguh-sungguh. Dia berhasil meredam suasana yang hangat seperti kasus Monitor membuktikan kalau orang seperti dia dibutuhkan di negeri ini. Tokoh yang memiliki otoritas moral yang diakui sebagian besar umatnya dan loyal kepada bangsa. Gus Dur, adalah orang yang sangat loyal kepada UUD dan Pancasila, peme- rintah tidak meragukan loyalitasnya itu. Pada saat yang sama, ia orang yang oleh golongan non-Islam di- anggap sebagai juru selamat mereka. Golongan ini merasa kalau ti- dak ada Gus Dur mereka terancam oleh suasana baru dalam Islam, terutama ketika umat Islam sedang mendapat angin. Itu sebabnya, kalau selama ini Gus Dur dianggap mengganggu pemerintah de- ngan kritik-kritiknya maka pemerintah tidak akan begitu saja meng- abaikan posisi Gus Dur. Pada diri Gus Dur tampak memiliki kebe- basan yang tidak dimiliki banyak orang Indonesia. Walaupun begitu, dalam kapasitasnya selaku Ketua Umum Tanfidziyah NU, saya tidak pernah mengatakan Gus Dur itu se- orang demokrat. Hal-hal yang mengatasnamakan NU, seperti keti- ka dia diwawancarai pers, apa yang dikemukakan itu seringkali bu- kan hasil musyawarah. Kalau ditanya tentang kesediaannya untuk menjadi ketua Umum PPP misalnya, dia menjawab akan konsultasi dulu dengan koleganya di NU. Begitu dia menjawab, itu atas nama Gus Dur pribadi, dia bicara selaku pribadi. Keikutsertaannya di Fo- rum Demokrasi misalnya, atas nama pribadi, tidak sebagai PBNU, tetapi itu sulit dipisahkan. Sebab Gus Dur itu milik NU dan ia menjadi besar dan lebih diperhatikan karena mewakili NU. Proyeksi Masa Depan Perubahan yang terjadi dalam tubuh NU, tidak perlu dibicara- kan lagi, tetapi yang ingin saya kemukakan di sini adalah perubahan dalam elit muda NU. Elit muda yang semula belajar di pesantren, kemudian meneruskan ke IAIN, menunjukkan perubahan yang menarik dalam menggeluti dunia pemikiran dari pada kalangan lain. Ia berani keluar dari wacana pemikiran yang selama ini hanya berkisar pada kitab kuning, meloncat ke dunia pemikiran yang le- bih maju dengan mencoba memahami pemikiran terbaru dari penulis-penulis kontemporer dan pemikir Islam mutakhir, terma- suk dalam wacana-wacana filsafat Barat Lapisan generasi ini mun- cul sebagai dampak dari usaha yang dibuat oleh generasi Gus Dur saya sebut sebagai hasil usaha dari generasi Gus Dur, karena di samping Gus Dur ada orang-orang yang seide dengan Gus Dur dan terus berkiprah. Dampak dari kiprah yang dilakukan NU generasi Gus Dur ini melahirkan dampak yang tampak pada kelompok elit muda NU yang aktifitasnya tampak lebih kritis, berani, kreatif dan intens. Sa- yangnya, kelompok seperti ini hanya baru terbentuk di kota. Mencari kelompok seperti ini di desa, tentu masih jauh. Bagaimana masa depan ide Gus Dur dan NU? Saya terus terang tidak berani membuat ramalan. Namun yang sangat dirasakan mendesak dilakukan sekarang ini adalah pentingnya kaderisasi. Ge- nerasi muda produk dari upaya yang dilakukan Gus Dur, dengan segenap aktivitas yang dilakukan, jelas menginginkan tindak lanjut. Tetapi tidak tersedia saluran untuk mendapatkan latihan praktis da- lam menerjemahkan ide-ide mereka dalam praktek. Juga saluran untuk mendapatkan pendidikan non-agama yang lebih tinggi. Se bagaimana saya kemukakan di muka, aktivis muda NU itu keba- nyakan orang pesantren dan IAIN. ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ 5. Seperti diketahui Monitor kemudian dibekukan SIUPP-nya. Pilihan sulit yang dihadapi Gus Dur adalah, larut dalam emosi massa yang marah dan kemudian pemerintah mem-by pass dengan pembekuan SIUPP atau tetap konsisten dengan sikapnya sebagai demokrat. Ia tidak setuju dengan Monitor tetapi ia juga tidak setuju emosi massa yang kemudian diredam pemerintah dengan pembekuan SIUPP. Bagi Gus Dur pemerintah mestinya mengambil tindakan dengan jalan hukum tidak dengan jalan pembekuan. 6. Meskipun Gus Dur tampak oposan terhadap pemerintah seperti tercermin dalam beberapa kritiknya atas kebijakan pemerintah Orde Baru, pemerintah tahu, Gus Dur adalah orang yang sangat loyal kepada Negara Tidak pernah ia oposan dalam arti menentang ideologi negara Kritik-kritik yang dikemukakan pun selama ini tetap dalam kerangka demokrasi yang tidak bertentangan dengan UUD 1945, dan tentu saja tetap berdasarkan Pancasila. 7. Dari sudut ini, orang seperti Gus Dur memang diperlukan. Ia berani menyerukan tuntutan masyarakaat kepada negara agar koridor demokrasi di buka lebih lebar. Ia tahu persis bagaimana kondisi masyarakat di bawah karena ia se-g turun ke daerah- daerah, tahu akar masalah, sehingga bisa dimaklumi kalau ia menyerukan demokrasi misalnya itu semata-mata kebutuhan kelas menengah tetapi juga suara kalangan bawah. Dalam idiom-idiomnp ia sering menyebut tukang becak, petani, nelayan yang merasakan bagaimana susahnya mencari nafkah untuk hidup sehari-hari.