Machrus Ali (1906-1985)


      Lahir di wilayah Cirebon, dan mendapat pendidikan di pesantren Jawa Tengah dan Jawa Barat. Menikah dengan putri Kiai Abdul Karim dari Pesantren Lirboyo, dekat Kediri. Setelah sang mertua meninggal dunia pada 1954, dia menggantikan kedudukan di pesantren ini. Kiai Machrus terlibat aktif dalam pejuangan kemerdekaan, bergabuqg dalam milisi Sabilillah bersama ra- tusan santrinya, dan mengajarkan kepada para pemuda revolusioner tersebut ilmu kekebalan tubuh, dia memang sangat terkenal dalam bidang ini. Dia juga ikut aktif dalam pengganyangan pemberontakan PKI di Madiun pada 1948, sehingga dia mempunyai hubungan sangat baik dengan komandan militer Jawa Timur. Pada 1965, atas permintaan komandan militer setempat, dia kembali memimpin aksi pengganyangan kaum kamunis. Pembunuhan besar-besaran terhadap pengikut PKI di Kediri adalah yang paling besar di bandingkan yang terjadi di tempat lain. Hal itu dikaitkan dengan fatwa, yang konon berasal dari Kiai Machrus, yang mengesahkan pembunuhan terhadap kaum komunis. Kiai Machrus aktif di NU sejak zaman revolusi. Pada 1952 dia menjadi Rois Syuriyah Kediri, dan pada 1958 dia naik ke posisi Rois Syuriyah Wilayah Jawa Timur, sebuah posisi yang terus berada di tangannya sampai akhir hayatnya. Pada tahun-tahun terakhir masa hidupnya dia merupakan salah seorang ulama NU yang paling berpengaruh, dia adalah salah satu dari empat ulama (bersama Kiai Ali Ma`shum, Kiai As'ad Syamsul Arifin dan Kiai Masjkur) yang pada 1982 membujuk Idham Chalid agar mengundurkan diri.

      (Salam 1988; Lirboyo 1991:55-112)