Kholil Bangkalan


      Ulama Madura paling terkemuka pada akhir abad ke-19. Dia tampaknya pernah belajar di Mekkah pada 1860-an dan sekembalinya ke Indonesia, dia mendirikan sebuah pesantren di Demangan, Bangkalan, yang menjadi pusat daya tarik tidak hanya bagi masyarakat Madura tetapi juga kaum santri Jawa Timur. Terkenal sebagai wali, yang memiliki berbagai kekuatan spiritual yang luar biasa. Beberapa anggota pendiri NU (termasuk Kiai Hasjim Asj'ari, Kiai Wahab Chasbullah dan Kiai Bisri Syansuri) adalah muridnya. Pada tahun-tahun kemudian, Kiai Kholil mengunjungi mantan muridnya, Kiai Hajim Asj'ari, untuk belajar kitab- kitab hadits, sebuah mata pelajaran baru di pesantren. Dia meninggal pada 1925. Makamnya di Bangkalan merupakan tempat ziarah penting, yang sering didatangi bukan banya oleh orang Madura tetapi juga banyak orang Jawa dan Sunda

      (Dhofier 1982:91-2; Junaidi 1988).