Imron Rosjadi


      Salah seorang "orang luar" yang direkrut ke dalam NU karena mempunyai keahlian dan kontak yang berguna. Lahir di Indramayu (Jawa Barat) pada 1916. Dia menamatkan MULO (Sekolah Menengah Belanda) pada 1934 dan Akademi Hukum di Baghdad pada 1948. Di sela waktu itu, dia menghabiskan waktu sekitar empat tahun di berbagai madrasah di Indonesia, Malaysia dan Mekkah. Sebelum kamerdekaan, dia aktif dalam berbagai organisasi di luar NU, seperti Indonesia Muda (Nasionalis) dan Pemuda Muslimin Indonesia (organisasi kader PSII). Keadaan mengantarkannya menjadi seorang diplomat yang mewakili Republik Indonesia di Iraq (1947-50) dan kemudian Saudi Arabia (1950-52).

      Sekembalinya ke Indonesia, dia menjadi dosen di Akademi Hukum Militer (1953- 62). Sejak 1954 hingga 1963 dia menjadi ketua gerakan pemuda NU Ansor, dan sejak 1956 hingga 1959 wakil ketua II Tanfidziyah NU. Dia adalah penentang blak-blakan Demokrasi Terpimpin, yang mungkin penyebab kenapa dia kehilangan posisinya di PBNU. Pada 1960 dia adalah salah seorang pendiri Liga Demokrasi, dan menjadi sekretaris jeoderalnya, dia menghabiskan waktu beberapa tahun (1962-66) di dalam penjara sebagai tahanan politik. Di masa Orde Baru, dia semula kembali bergabung ke departanen agama, tetapi kemudian kembali ke politik parlanen, sebagai politisi PPP terkemuka dan berpengaruh. Pada awal 1980-an dia berpihak kepada para penentang Idham Chalid di tubuh NU, tetapi dia memilih tetap terlibat aktif dalam politik setelah muktamar Situboodo. Di DPR dia menjabat sebagai ketua komisi pentiog, komisi I (Pertahanan, Keamanan dan Urusan Luar Negeri).

      (Noer 1987: 113; Roeder 1971:322)