[  Kliping NU 1998  ]


Kamis, 23 Juli 1998

Doa untuk Gus Dur

Jangan Terulang Kultuskan Pemimpin

Jakarta, Kompas

Sekitar tiga ribu warga nahdliyin tua-muda yang bergabung dengan massa pendukung Megawati Soekarnoputri, Selasa (22/7) malam, dengan khusyuk berdoa bagi kesehatan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdurrahman Wahid. Dalam orasinya, KH Mustofa Bisri antara lain menyinggung berbahayanya pengkultusan individu seorang pemimpin seperti yang dilakukan bangsa ini terhadap Soeharto.

Dalam acara yang diselenggarakan Angkatan Muda Nahdlatul Ulama (AMNU) bertempat di halaman rumah KH Abdurrahman Wahid tersebut hadir tokoh-tokoh ulama NU seperti KH Cholil Bisri, KH Mustofa Bisri, KH Fuad Hasyim, dan KH Syaid Aqil Siraj. Mereka bergantian memimpin doa serta tahlil.

Juga hadir Ketua Umum DPP PDI, Megawati Soekarnoputri; Ketua DPP PDI, Noviantika Nasution; Taufik Kiemas; mantan Menpora, Hayono Isman; Matori Abdul Djalil. Kehadiran Megawati mendapat sambutan meriah dari hadirin. Gus Dur yang direncanakan hadir di tengah warga Nahdliyin, atas nasihat dokter harus beristirahat.

Selain berjalan kaki dan menggunakan kendaraan pribadi, hadirin juga berdatangan dengan menggunakan bus maupun mikrobus sewaan. Jalan Warung Sila dari arah Jl Ciganjur Jakarta Selatan praktis macet. Massa pendukung Megawati dengan menggunakan berbagai atribut DPP PDI Megawati berjalan kaki menuju Pesantren Al Munawaroh Ciganjur.

Menurut Ketua Umum AMNU, Khoirul Anam, doa bersama bagi kesehatan Gus Dur, panggilan KH Abdurrahman Wahid, bukan acara politik atau doa yang dipolitisir. "Yang mengetahui doa kita itu hanya Allah dan malaikat," katanya. Sebelumnya, seluruh warga NU sudah mendoakan kesehatan Gus Dur di rumahnya masing-masing secara pribadi dan ingin melakukan doa bersama.

Ulama dan seniman yang terkenal dengan Puisi balsem-nya, KH Mustofa Bisri, dalam kesempatan tersebut menyampaikan orasi serta beberapa puisinya. Menurut dia, pemimpin kita saat ini sedang dicoba. Selain bagi Gus Dur, doa juga ditujukan kepada bangsa yang sedang dilanda krisis yang tak jelas ujung pangkalnya. Hadirin banyak memberi sambutan atau tepuk tangan dalam beberapa bagian orasi Mustofa.

Dikatakan, doa bersama tersebut bukanlah dimaksudkan untuk mengkultuskan individu seorang pemimpin. "Karena kita telah mendapat pelajaran pahit ketika mengkultuskan seorang pemimpin. Ada sila Ketuhanan Yang Maha Esa malah ternyata kita mempertuhankan Pak Harto. Maka ketika kita persekutukan Tuhan yang terjadi adalah malapetaka," katanya disambut tepuk tangan hadirin.

Anak didik Soeharto

Mustofa Bisri, dalam orasinya juga menyinggung penyalahgunaan sila-sila Pancasila untuk kepentingan penguasa. Pancasila digembar-gemborkan dengan maksud agar perbuatan-perbuatan para penguasa yang sesungguhnya justru melanggar Pancasila, tertutupi. "Kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi kebinatangan yang bathil dan biadab. Persatuan Indonesia malah menjadi perseteruan Indonesia," kata Gus Mus, panggilan akrab Mustofa Bisri.

Menurut pengasuh pesantren Taman Pendidikan Islam Rembang tersebut, rakyat Indonesia sebenarnya ibarat pendidikan. Seorang anak yang terdidik selama 30 tahun maka anak tersebut sudah semestinya menjadi orang yang terdidik. "Kita selama 30 tahun telah terdidik dan kita telah menjadi Soeharto-Soeharto kecil. Kita menjadi orang yang terdidik hanya menjadi orang yang memuja materi. Kita hanya memuja daging dan meninggalkan sukma dan memberhalakan diri sendiri," katanya.

Kaidah Bhinneka Tunggal Ika, lanjut Gus Mus, pada kenyataannya ternyata telah menjadikan kita bangsa yang tidak bisa berbeda dan menerima perbedaan. "Kita diseragamkan dan tidak bisa berbeda pendapat. Karena pendapatku adalah tuhan dan pendapatmu adalah setan. Orang berbeda dianggap musuh," katanya. Manusia Indonesia menjadi terbiasa membebek karena lama tak berpikir.

Semua ingin dikuningkan (warna Golkar) dan alergi terhadap warna merah dan hijau. "Akibatnya kita malah lupa warna merah-putih. Kita hanya memuja beringin, banteng, dan sebagainya sehingga kita lupa punya Garuda Pancasila," katanya.

Secara terpisah Sekjen AMNU, Syaifullah Yusuf, mengatakan, acara doa bersama bagi Gus Dur tersebut berawal dari kepedulian generasi muda NU bagi kesehatan Gus Dur yang belum pulih benar. Padahal setiap harinya tamu terus membanjiri rumah Gus Dur dari pagi sampai malam dari semua kalangan yang tak bisa ditolak Gus Dur. (ush/myr)


www.muslims.net/KMNU - Copyright © KMNU Cairo - Egypt