[  Kliping NU 1998  ]


Parpol Baru Justru Satukan Pemilih Tradisional

Surabaya, JP.-

Pakar politik UGM Dr Afan Gaffar punya pandangan menarik soal peta politik Jatim menyusul lahirnya partai-partai politik (parpol) baru berbasis agama. Ia justru menilai, kehadiran parpol baru bakal melahirkan penyatuan di kalangan pemilih tradisional.

Misalnya, kata Afan, para pemilih tradisional yang semula punya afiliasi ke Nahdlatul Ulama (NU) akan masuk ke parpol-parpol yang didirikan orang-orang NU. Pemilih yang tadinya berafiliasi dengan Muhammadiyah akan masuk parpol yang dibentuk warga Muhammadiyah. ‘’Yang jelas, jika ada parpol baru, akan ada penyatuan di kalangan pemilih itu,’’ ujarnya.

Analisis tersebut dilontarkan Afan seusai tampil dalam dialog dengan Gubernur Jatim Basofi Soedirman yang dipandu Pemred Memorandum Drs H Agil H Ali di TVRI Surabaya, kemarin. Pria kelahiran Bima, NTB, ini mengajukan analisis tersebut setelah ditanya wartawan soal peta perpolitikan di Jatim menyusul maraknya parpol-parpol baru, khususnya yang berbasis agama.

Kasus yang sama, lanjut Afan, akan dialami para pemilih tradisional yang semula berafiliasi dengan Masyumi. Mereka diperkirakan akan lari ke parpol-parpol yang dibangun para tokoh Masyumi. Kalau itu terjadi, nanti ada beberapa yang mendapat suara besar di Jatim, seperti NU, Muhammadiyah, dan PDI.

Ditanya soal peluang parpol-parpol Islam di Jatim, Afan menyebut pertarungannya sangat keras. Bukan mustahil, kantong-kantong suara Islam akan disapu secara merata oleh beberapa kubu. Sebab, dengan diberlakukannya sistem distrik, menurut rencana, Jatim dibagi menjadi 61 distrik.

Dengan pembagian itu, papar Afan, NU akan mendapatkan sedikitnya 20 suara. Muhammadiyah dia perhitungkan meraih 10 suara. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 5 suara. PDI 20 suara. Kenapa suara NU tinggi? ‘’Sebab, kekuatan NU terkonsentrasi. Di wilayah tertentu di Jatim, NU cukup kuat,’’ ungkap Afan.

Afan lantas menunjuk wilayah-wilayah daerah tapal kuda. Ini, antara lain, meliputi Banyuwangi, Situbondo, Jember, Pasuruan, Probolinggo, dan Madura. Perolehan suara di wilayah-wilayah itu akan disapu bersih oleh NU. Hal itu berbeda dengan kekuatan Muhammadiyah yang relatif lebih menyebar dan merata.

‘’Kalau pakai sistem distrik, Muhammadiyah akan kalah di Jatim. Sebabnya, mereka hanya kuat di beberapa daerah, terutama Ponorogo maupun Malang. Cuma di kedua daerah itu konsentrasi pendukung Muhammadiyah kuat,’’ jelasnya. (dwi)


www.muslims.net/KMNU - Copyright © KMNU Cairo - Egypt