Jawa Pos, Jum'at 17 Oktober 1997 Gus Dur: Musik Zikir Perlu Dikembangkan Tampil Bersama D. Zawawi Imron di "Sewindu Unisma" Pamekasan, JP.- Penampilan penyair asal Madura D. Zawawi Imron bersama kelompok musik Dzikir dari Sumenep mendapat aplaus hadirin ketika mengisi acara puncak peringatan sewindu berdirinya STAI (Sekolah Tinggi Islam) Yunisma Pamekasan, kemarin. Meski menggunakan alat musik yang relatif sederhana, seperti alat dapur, gitar, biola, kendang, dan gong, penampilan mereka mendapat perhatian ribuan pengunjung yang hadir di kompleks Yunisma itu. Malam itu, beberapa puisi dibacakan D. Zawawi Imron, yang berjuluk budayawan clurit emas itu. Di antaranya, puisi Surat untuk Rasulullah. Puisi itu berisi harapan seorang muslim akan syafaat dari Nabi Akhiiruzzaman Muhammad SAW pada akhir zaman, nanti. Tidak kurang, Ketua PBNU KH Abdurrahman Wachid (Gus Dur) sendiri memuji penampilan mereka. ''Musik jenis ini (musik zikir) perlu dikembangkan dan dilestarikan. Sebab, syair-syair yang dilantunkan banyak berisi pujian terhadap keagungan Tuhan,'' komentar Gus Dur. Dikatakan Gus Dur, NU dan pondok pesantrennya bisa menerima kehadiran musik yang bernuansa religius, seperti yang ditampilkan kelompok Dzikir ini. Sebab, meski menggunakan alat musik seperti itu, syairnya sangat baik bila diresapi sehingga mengandung asas manfaat untuk selalu ingat terhadap kebesaran Tuhan. "Para tokoh pendiri NU, seperti Mbah Kiai Hasyim Asyari, dulu, jelas-jelas mengharamkan semua bentuk musik karena dinilai banyak menjurus kepada kemungkaran dan kurang bermanfaat bagi umat Islam," kata Gus Dur, yang juga dikenal sebagai budayawan itu. Namun dalam perkembangannya, lanjut Gus Dur, NU dan pesantren bisa menerima suatu jenis musik selama ada manfaatnya untuk syiar agama. "Hal ini bukan berarti NU dan pesantrennya menyimpang dari garis perjuangan para pendiri NU. Tapi, hal ini disebabkan NU memiliki tradisi perjuangan yang sangat baik, yakni mempertahankan nilai lama yang baik dan mencari nilai baru yang lebih baik," jelas Gus Dur, yang mantan ketua DKJ (Dewan Kesenian Jakarta).