SUARA MERDEKA Jawa Tengah & DIY Rabu, 16 April 1997 Sebelum Istighotsah Akbar Gus Dur dan Mbak Tutut Mampir di Somalangu KEBUMEN - Sebelum dimulai Istighotsah Akbar di Alun-alun Kebumen, Minggu mendatang, rombongan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ny Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) akan mampir dulu di Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu. Pondok tersebut merupakan salah satu pondok tertua di Kebumen, berlokasi di Desa Sumberadi, Kecamatan Kota. Saat ini diasuh oleh KH Afifuddin Khanif, seorang kiai yang berpandangan moderat dan masih cucu KH Mahfudh, tokoh pejuang pada masa revolusi. Menurut panitia dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Drs Mohammad Soleh, kemarin, setelah transit sejenak rombongan akan menuju lokasi istighotsah di alun-alun. Dalam perjalanan itu rombongan melewati RS Bersalin "Siti Khodijah" milik PCNU, yang saat ini sedang dibangun di Jalan HM Sarbini. Dia jelaskan, target undangan yang hadir menjadi membengkak, yakni sampai 150 ribu nahdliyyin. Undangan ke seluruh desa di Kebumen mulai kemarin telah disebar. Tiap desa diharapkan mengirim 300 orang . Para pengurus PCNU se-Kedu dan Banyumas juga telah diundang rapat. Mereka terdiri atas 10 PCNU menyatakan sanggup mengirim warganya. Bahkan dalam rapat yang diikuti ketua dan sekretaris PCNU serta syuriah, mereka siap mengirim warganya sebanyak mungkin. Mendukung Secara terpisah, Ketua DPC PPP Drs HM Ridwan mendukung sepenuhnya acara istighotsah tersebut. Dia menilai positif karena kegiatan itu murni bersifat keagamaan. "Jika diundang selaku ketua DPC, saya siap hadir. Yang jelas kami menyambut baik acara itu,'' kata Ridwan yang juga mantan Ketua GP Ansor beberapa tahun lalu. Dia tak sependapat pelaksanaan acara itu oleh warga NU di daerahnya dengan menghadirkan Mbak Tutut merupakan upaya penggembosan bagi PPP. Sebab, kegiatan itu tanpa embel-embel politik, dan murni keagamaan. Apalagi, kata dia, saat ini kondisi warga PPP cukup mantap. Konsolidasi lewat sejumlah hari ulang tahun berlangsung lancar. Dukungan para pemilih tradisional juga tak goyah. "Jadi, saat ini bila ada upaya apa pun sikap kader cukup mantap dan dewasa.'' Sebaliknya, lewat kegiatan itu, dia berharap ada manfaatnya bagi warga NU. Yakni sebagai upaya kesiapan warga menghadapi Pemilu 1997. Ridwan menghargai upaya panitia untuk melarang warga NU yang hadir dengan pakaian atribut OPP. Namun yang dipertanyakan justru anjuran berpakaian putih-putih, padahal warna khas NU adalah hijau tua. Pada acara itu Mbak Tutut akan menyampaikan sambutan yang diteruskan salawat badar dan istighotsah. Doa penutup akan dibacakan sembilan kiai dari Jateng atas persetujuan PWNU. Dari Kebumen, PCNU mengusulkan dua ulama, Kiai Sonhaji dari Sruweng dan Gus Afif Somalangu. Penyusupan Sementara itu, jajaran Polda Jateng meminta, PWNU Jateng agar mewaspadai kemungkinan adanya penyusupan yang dilakukan pihak lain dalam acara Istiqhotsah yang akan berlangsung nanti. "Diperkirakan jumlah warga NU yang datang sekitar 200 ribu. Dengan jumlah massa sebanyak itu, diharapkan semua pihak mewaspadai kemungkinan terjadinya penyusupan dari pihak lain yang sengaja ingin mengganggu jalannya acara tersebut,'' kata Kadispen Polda Jateng, Letkol Pol Bardja, di ruang kerjanya kemarin. Dia mengemukakan hal itu kepada wartawan, setelah mendampingi Waka Polda Jateng, Brigjen Pol Drs Soetjipto Margono saat menerima Wakil Ketua PWNU Jateng, H Maskhuri dan Sekretaris, Drs Moh Adnan MA, yang mengajukan permohonan izin kegiatan tersebut di Mapolda, kemarin. Hadir Kepala Dinas Pembinaan Mental (Kadis Bintal) Polda, Letkol Pol H Faturrohim dan Kabag Pembinaan Ketertiban Masyarakat (Bintibmas), Letkol Polwan Sugiyarti. Diperkirakan, jika tidak ada masalah izin akan keluar tiga hari sebelum kegiatan dilaksanakan. Menurut Kadispen, jika masalah kemungkinan penyusupan tidak diantisipasi sebaik mungkin, dikhawatirkan akan menimbulkan kerawanan. Apalagi, lanjut dia, pelaksanaan kegiatan itu mendekati pelaksanaan kampanye dan Pemilu. Diperkirakan, jumlah massa tersebut sebagian besar akan berasal dari Karesidenan Banyumas dan Kedu. Menurutnya, pengamanan utama tersebut dapat dilakukan pada saat massa datang dan pulang. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kericuhan, Polda Jateng melarang peserta Istiqhotsah mengenakan atribut OPP. Demikian pula tiga bendera OPP dilarang dipasang di lokasi kegiatan saat acara berlangsung. "Yang boleh berkibar hanya bendera NU. Jadi jangan kacaukan Istiqosah dengan kegiatan OPP,'' tambah Kadispen. (B3,mus-54h)