MUTIARA 16 April 1997 Gus Dur: Ibarat Gelombang Radio, Ketemu Juga Abdurrahman Wahid, ketua umum PB NU mengetahui apa yang diinginkan wartawan, "politik saja yang diinginkan," kata Gus Dur panggilan akrabnya. "Silaturahmi, ya silaturahmi. Saya harus menghormati Pak Abu (Hasan)," katanya kepada wartawan Sabtu (22/2) lalu pada saat Gus Dur turut berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, ketika mantan-mantan anggota Peta berziarah ke sana. Berikut petikan wawancara singkat itu. Bagaimana hasil pertemuan dengan Abu Hassan? Ndak apa-apa. Ya, Pak Abu itu 'kan orang yang ikhlas pada NU. Sesaat mungkin hubungan saya dengan Pak Abu terasa jauh. Tapi ya lama-lama, ibarat gelombang radio, ketemu juga. Habis gelombang dan pemancarnya memang satu. Siapa yang merancang pertemuan? Ndak ada. Saya dengar-dengar saja dari sesepuh NU, Pak Abu itu ingin bertemu saya. Tapi tidak tahu bagaimana caranya. Mendengar itu, saya langsung menyambut. Ya sudah, saya langsung ke rumah Pak Abu malam-malam. Gus Dur yang ke sana? Pak Abu lebih tua dari saya. 'Kan saya yang harus mendatangi. Silaturahmi itu 'kan wajib. Selain silaturahmi? (Malah bertanya sambil tersenyum) Apa? Saya tahu maunya wartawan, politik saja yang diinginkan. Silaturahmi, ya silaturahmi. Saya harus menghormati Pak Abu. Jangan lupa lho, Pak Abu itu juga punya basis di NU. Dalam muktamar itu, Pak Abu mendapat cukup banyak suara di cabang-cabang. Saya (mendapat) 174 (suara). Pak Abu (mendapat) 152 (suara). Silaturahmi itu juga saya maksudkan sebagai penyejuk hubungan kami berdua. Ya, agar menjadi sesuatu yang barulah. Bagaimana dengan rencana mengundang Mbak Tutut? Ya ndak apa-apa. Masih disusun. NU ini 'kan sudah kembali ke khittah. Jadi semua dipersilakan datang kepada warga NU. Ndak apa-apa 'kan? Bagaimana nanti umat menerjemahkan undangan Gus Dur? Warga NU tidak pernah bingung, harus apa atau bagaimana. 'Kan sudah ditegaskan. Kembali ke khittah? NU itu milik masyarakat. * * * (Wawancara berhenti karena Gus Dur sudah terlalu lama berdiri sambil menyangga tangan kanannya yang masih bengkak. Menurut Dr. med. Paul Tahalele -- spesialis bedah jantung dan pembuluh darah, yang juga ketua Forum Komunikasi Kristiani Surabaya (FKKS) yang merawat, tangan Gus Dur mengalami gangguan darah balik. Darah yang mengalir ke tangan kanan tersebut tidak bisa kembali. Istilah kedokterannya, celulitis extrimitas superior dextra.) -Retno -M/Badi Subardi