MUTIARA ONLINE 16 April 1997 Yang Ditunggu Wahono, yang Muncul Gus Dur Sabtu (22/2), Megawati Soekarnoputri menjadi tuan rumah di makam Bung Karno, ayahnya, dalam rangka menyambut kehadiran ratusan tentara Peta (Pembela Tanah Air) yang akan berziarah ke sana. Kehadiran para mantan tentara Peta ke Blitar itu adalah dalam rangka HUT-nya yang ke-52, memperingati pemberontakan Peta di Blitar, dan menerima penghargaan dari Pemerintah yang diserahkan oleh Mensos Ny. Inten Soeweno. Disebutkan, mantan-mantan tentara Peta yang bakal hadir antara lain, Ketua MPR/DPR Wahono; mantan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah; Jenderal (Purn.) AH Nasution, mantan Pangkopkamtib Jenderal (Purn.) Soemitro, mantan KSAD Jenderal (Purn.) Poniman, dan banyak lagi mantan tentara Peta yang setelah kemerdekaan menjabat sebagai perwira tinggi. Entah apa yang diinginkan orang, yang pasti ratusan kader PDI pro-Mega langsung berdatangan ke Blitar dari beberapa kota di Jatim tentu untuk bertemu dengan ketua umum mereka. Tetapi bagi puluhan wartawan, dan juga wartawan asing, mungkin karena tertarik untuk menyaksikan, sedikitnya salaman antara Mega-Wahono. Lalu muncul pula Ketua Umum PB NU KH Abdurrachman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur. Maka spekulasi pun kian merebak dan kian seru. Pertemuan Mega-Wahono-Gus Dur di makam Bung Karno? Wah. "Saya hadir karena diundang Yapeta," jawab Gus Dur santai. Pesawat Tetapi hingga usai Gus Dur berdoa di makam, diwawancarai puluhan wartawan, dan bergambar bersama dengan kader-kader PDI, dan para pengunjung lain, Wahono tidak muncul juga. Demikian juga ketika dua bus yang menyangkut puluhan mantan anggota Peta, ketua DPR/MPR itu tidak tampak. Pada acara peringatan Peta, yang diselenggarakan tidak jauh dari makam, Wahono tidak bersedia menjawab apa pun yang menyangkut batalnya rencana ziarah ke makam Bung Karno. Ia hanya menjawab pendek, "apakah ada waktu." "Soalnya pesawat berangkat pukul 15.00," ujarnya pada pukul 14.30. Ketua DPR/MPR Wahono sekitar pukul 15.00 WIB, seusai acara peringatan pemberontakan Peta di lokasi bekas markas Peta, segera ke Surabaya dan terbang pulang ke Jakarta, sementara Mensos Inten Soeweno juga langsung menuju Tulungagung. Menurut informasi, batalnya ziarah ketua DPR/MPR itu karena kehadiran puluhan wartawan dalam dan luar negeri, serta ratusan pendukung Mega. "Meski kehadiran mereka (pendukung Mega) semata-mata hanya untuk bertemu Mega," ujar sumber Mutiara. Kehadiran Mega sebagai tuan rumah di makam Bung Karno sendiri sebenarnya diminta oleh Yapeta (Yayasan Pembela Tanah Air). Ia hadir dengan didampingi Soetardjo Suryoguritno, Haryanto Taslam dan Ir. Sutjipto dari DPD PDI hasil Munas. Rombongan pertama Yapeta tiba sekitar pukul 13.00 WIB dipimpin oleh Ketua Yapeta Pramoe Rahardjo, sedang rombongan kedua sekitar pukul 14.30 WIB. Rangkaian ziarah Yapeta itu diawali ke makam Bung Karno di Blitar, kemudian ke makam Panglima Besar Jenderal Soedirman di Yogya dan terakhir ziarah ke makam Bung Hatta di Jakarta. Tanpa Maksud Politis Menurut Pramoe, acara ziarah tersebut sama sekali tidak mempunyai muatan politis, hanya sekadar ungkapan rasa hormat anggota Peta terhadap Bung Karno, Jenderal Soedirman dan Bung Hatta. Bahkan acara ziarah ini, katanya, juga sudah diketahui dan seizin Presiden Soeharto. "Jadi tidak benar kalau ada yang mengatakan, ziarah ini mencuri waktu, mumpung presiden ke luar negeri," kata Pramoe. Pada saat itu Presiden Soeharto sedang berkunjung ke Kamboja, Laos, dan Myanmar. Soeparjo, salah seorang mantan anggota Peta, dengan suara lantang juga menjelaskan, ziarah para mantan anggota Peta ke makam Bung Karno, berlangsung setiap 14 Februari sesuai HUT Peta. "Jadi tidak ada pernyataan apa lagi maksud politis di balik ziarah ini," ujarnya. Hanya, kali itu berlangsung 23 Februari karena bertepatan dengan penghargaan yang diberikan Pemerintah. Namun ia menolak menjawab, mengapa doa bersama demi keselamatan bangsa dan negara batal dilakukan. Padahal rencana sebelumnya, sebagaimana diutarakan Iskandar, juga mantan anggota Peta, pada ziarah itu juga akan dipanjatkan doa bersama demi keselamatan bangsa dan negara, berkenaan dengan berbagai kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini. Iskandar juga menampik adanya maksud politis di balik ziarah itu. "Kalau pun Mega yang menyambut, tak lebih karena ia adalah keluarga Bung Karno," tegasnya. Demikian juga jawaban Gus Dur saat didesak wartawan, "Saya tahu maksud wartawan. Tertariknya cuma pada politik. Sehingga, ziarah pun dianggap menyimpan maksud politik," ujarnya. "Ziarah ini," ujar Soeparjo lagi, "adalah cermin penghormatan kami pada ketiga tokoh kemerdekaan, Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Syahrir. Mengapa, karena jati diri bangsa kita ada pada ketiga tokoh itu. Di masa paling sulit, pada awal kemerdekaan, mereka bertiga masih mampu memimpin bangsa ini. Maka ziarah kami ini hendaknya bisa memberi inspirasi dan motivasi pada yang muda." Soeparjo tidak bersedia menjelaskan, inspirasi dan motivasi dalam arti apa yang diinginkan. Ketua Umum PDI hasil Munas Megawati Soekarnoputri, yang bertindak selaku tuan rumah, sampai sekitar pukul 17.00 tetap menunggu di makam ayahnya, sementara sekitar seribu lebih pengunjung yang akan berziarah terpaksa tidak bisa memasuki lokasi makam itu, karena harus dikosongkan untuk menyambut kedatangan rombongan Yapeta bersama Wahono. Pesta Perpisahan Menurut Gus Dur ziarah yang dilakukan para mantan anggota tentara Peta itu bagus, karena bisa menjadi indikasi, bangsa ini benar-benar bisa menempatkan seseorang pada tempatnya. Lebih dari itu Gus Dur juga menilai, ziarah itu merupakan 'pesta perpisahan', karena usia para anggota Yapeta itu rata-rata sudah tua. "Tampaknya, dalam usia senja ini mereka ingin menyegarkan kembali komitmen mereka pada Bung Karno, Panglima Soedirman dan Bung Hatta. Menyegarkan komitmen lama untuk diperbaharui kembali, sekaligus diteruskan pada generasi muda," kata Gus Dur. Ketika ditanyakan apakah bangsa Indonesia saat ini sudah melenceng dari komitmen tersebut, menurut Gus Dur, bangsa Indonesia belum dapat menegakkan UUD. Sebagai contoh kontrol terhadap pemerintahan sebetulnya sudah ada dalam undang-undang, namun kontrol itu sekarang masih belum sepenuhnya dilaksanakan alias masih lemah. Namun ia mengingatkan, semua itu tidak perlu kita sikapi sebagai kerusakan dan membuat kita frustrasi. "Namun bisa kita perbaiki bersama-sama sedikit demi sedikit," katanya. Menurut Gus Dur, kehadirannya di makam Bung Karno tersebut atas undangan pengurus Yapeta. Megawati diundang karena anak Bung Karno dan diminta menjadi tuan rumah. Tetapi menurut Ketua Yapeta Pamoe Rahardjo, kehadiran Gus Dur bukan atas undangan Yapeta, namun ia menilai kehadiran pimpinan NU itu sebagai sesuatu yang positif. Mega yang sudah hadir di makam ayahnya itu sejak pukul 10.00 WIB, sama sekali tidak mau memberikan penjelasan kepada wartawan. Sampai pukul 17.00 WIB ia duduk bersimpuh di dekat pusara ayahnya, hanya keluar sesaat untuk menyambutrombongan Yapeta, untuk kemudian masuk kembali. - Retno, Yuwono - M/YUwono