Kompas Jumat, 11 April 1997 Megawati: Gus Dur tak Tinggalkan Saya Jakarta, Kompas Megawati Soekarnoputri menegaskan, dirinya tidak pernah merasa ditinggalkan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama KH Abdurrahman Wahid yang belakangan ini berbarengan terus dengan fungsionaris Golkar Ny Siti Hardiyanti Rukmana. Hal penting yang perlu dikemukakan dari peristiwa tersebut adalah bagaimana menyadarkan dan mendewasakan rakyat tentang hak-hak politik yang dimilikinya. "Kok kalian berpikiran sempit?" kata Megawati Soekarnoputri kepada wartawan di sela-sela seminar soal elite politik yang diselenggarakan Forum Komunikasi Nasional Alumni GMNI, Kamis (10/4). Sebelum melakukan berbagai acara dengan Mbak Tutut, Gus Dur memang sempat mengajak Ketua Umum DPP PDI hasil Munas Megawati mengunjungi berbagai pesantren. Menurut Mega, mestinya semua pihak harus obyektif dan proporsional dalam menilai berbagai persoalan. Hal penting dari peristiwa Gus Dur-Mbak Tutut tersebut, kata Mega, adalah bagaimana mendidik masyarakat untuk lebih kritis agar pemilu bisa berlangsung lebih dewasa. Megawati tidak sependapat jika dikatakan langkah Gus Dur tersebut dimaksudkan untuk mengajak rakyat memilih Golkar. "Itu kan sepertinya rakyat mudah disuruh-suruh atau diatur. Mereka kan punya sikap kritis," katanya. Sebagai ketua umum sebuah organisasi keagamaan yang besar, kata Mega, Gus Dur tentu tahu apa sikap dan langkah yang harus dilakukannya sesuai dengan Khittah 1926. 'Kan beliau pernah bilang, siapa pun bisa saja dikenalkan kepada warga NU. Dulu Megawati Soekarnoputri diajak ke pesantren-pesantren NU. Sekarang Ny Siti Hardiyanti. Nanti-nanti bisa yang lain lagi," katanya. Soal pernyataan Ketua Umum DPP PPP Ismail Hasan Matareum yang menyebut langkah Gus Dur itu tidak lebih dari upaya penggembosan PPP, Mega mengatakan wajar-wajar saja Buya mengatakan hal tersebut. Tunggu petunjuk Sementara itu, di hadapan massa yang mengelu-elukannya di kota Solo, Megawati Soekarnoputri menyerukan kepada segenap warga PDI agar sabar menanti petunjuk dari DPP PDI untuk mengikuti kampanye Pemilu yang dijadwalkan akan mulai 29 April mendatang. Begitu pun tentang 'cara mencoblos', akan ditentukan dalam instruksi yang akan dikeluarkan pada saatnya nanti. Menurut Mega, keberadaannya di Solo sebenarnya untuk menghadiri resepsi perkawinan putri keluarga Yuslam Badres, mantan Ketua DPC PDI Kodya Surakarta. Tetapi massa PDI pro-Mega memanfaatkannya agar Mega memberi pengarahan kepada mereka. Massa berjejalan untuk mendengar pidato "pengarahan" Mega yang disampaikan di teras rumah Farid Badres yang sempit di Kampung Tipes Solo. Menghadapi saat-saat yang menentukan yaitu Pemilu yang akan berlangsung 29 Mei mendatang, Mega menekankan, "Seluruh warga PDI hendaknya sungguh-sungguh memikirkan, merenungkan dan merasakan apa sesungguhnya arti Pemilu. Apa yang selama ini didengung-dengungkan sebagai pesta demokrasi" (ush/asa)