Kompas Online Kamis, 3 April 1997 Gus Dur: Mbak Tutut Tokoh Masa Depan Sidoarjo, Kompas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) KH Abdurrahman Wahid menegaskan, Mbak Tutut - panggilan akrab Ny Siti Hardiyanti Rukmana, putri sulung Presiden Soeharto - adalah tokoh masa depan. Untuk itulah dia merasa berkepentingan mempertemukan Mbak Tutut dengan warga NU di mana saja. Penegasan Gus Dur - panggilan akrab Abdurrahman Wahid - itu disampaikan di depan massa NU yang memadati alun-alun Sidoarjo, Jawa Timur, bahkan sampai meluber di jalan-jalan dan ruang-ruang kosong seputar alun-alun. Massa mulai mengalir ke alun-alun sejak sekitar pukul 10.00 walau acaranya baru dimulai pukul 14.30 WIB. Tidak peduli panas menyengat maupun ketika hujan deras mengguyur beberapa saat sebelum dimulai. Mereka dengan setia mengikuti sampai acara ditutup dengan doa oleh KH Chozin. Gus Dur duduk berdampingan dengan Mbak Tutut yang mengenakan baju panjang kuning mengkilat dan berkerudung putih. Diapit Ketua PB Muslimat NU Hj Aisyah Baidlowi yang masih ipar Gus Dur, Menteri Kependudukan/Ketua BKKBN Dr Haryono Suyono. Tampak hadir Gubernur Jatim Basofi Soedirman, Ketua caretaker DPD Golkar Jawa Timur, Hudan Dardiri, Rektor IKIP PGRI Jatim, mantan Ketua DPD Golkar Jatim, Moh. Said, Kasdam V/Brawijaya, Brigjen TNI Muchdi PR, Rois Syuriyah PW NU Jatim, KH Imron Hamzah, dan Abu Hasan. Menurut Gus Dur, ia membawa Mbak Tutut kepada massa NU ini sebagai langkah antisipasi masa depan sebab Mbak Tutut adalah tokoh masa depan. Jadi sebaiknya ketemu warga NU di mana-mana. Biar Mbak Tutut kenal warga NU. Sebaliknya biar warga NU tahu Mbak Tutut dan apa yang dipikirkannya. Silaturrahmi ini dalam rangka penataan kehidupan politik yang lebih fundamental menyangkut munculnya pemikiran, jenjang, dan tokoh baru. NU harus mampu menyongsongnya untuk kepentingan NU sendiri. Apalagi posisi NU adalah memberi pengayoman kepada semua organisasi kekuatan politik. Kalau ternyata dalam membawa silaturrahmi Mbak Tutut dengan warga NU ini ada pihak yang memanfaatkan, apalagi menjelang Pemilu, itu bukan urusan NU. Apa pun di dunia ini bisa dimanfaatkan. "Salaman Pak Harto dengan NU saja ada yang memanfaatkan kok. Paling tidak tukang potret," katanya. Jangan golput Mbak Tutut tampil penuh percaya diri. Berpidato tanpa teks, dan diselingi guyonan. Misalnya tiba-tiba dia terpesona dengan suara Gus Dur ketika membacakan syair dari Arruwahah, seorang sahabat Nabi yang gugur di perang Muktah ketika berumur 16 tahun. "Mestinya Pak Dur rekaman juga seperti Pak Basofi. Kalau Pak Basofi menyanyikan lagu Tidak semua laki-laki Pak Dur bisa lagu Tidak semua wanita," katanya. Ia juga mengajak dialog langsung dengan hadirin untuk menyampaikan unek-unek. Satu-satunya hadirin yang memanfaatkan dialog itu adalah Muhammad Muslimin. Pada intinya Muslimin meminta Mbak Tutut memperhatikan minimnya sarana pendidikan di lingkungan NU di Jatim. Kontan Mbak Tutut menyambut dengan hangat. "Saya tidak janji. tetapi Insya Allah akan saya bantu. Akan saya ajak konglomerat-konglomerat. Sebab banyak konglomerat yang punya uang tetapi tidak tahu ke mana memberikan uangnya," kata Mbak Tutut. Pada kesempatan itu Mbak Tutut mengajak warga NU untuk tidak menjadi Golput (Golongan Putih). Ia menilai Golput itu sebagai perbuatan tidak bertanggung jawab sebagai warga negara. Ada pun tentang Golkar, menurut dia, programnya untuk seluruh rakyat baik yang mencoblos PPP, Golkar, maupun PDI. "Yang tidak memilih Golkar pun dibantu, apalagi yang memilih tentu lebih dibantu," kata Mbak Tutut. HUT Supersemar Mbak Tutut kemudian juga hadir dalam gelar pengajian akbar Golkar, yang sekaligus merupakan peringatan HUT ke-31 Supersemar. Pengajian akbar di lapangan Prapat Kurung, Tanjungperak Surabaya, kemarin, dihadiri sedikitnya oleh 500 orang. Mbak Tutut dalam sambutannya memuji semangat Arek Suroboyo yang sangat antusias mengikuti acara demi acara dengan tertib dan aman. "Di Surabaya ada istilah bonek (bhondo nekat) yang tanpa memiliki uang, bisa sampai di Jakarta entah dengan cara apa." Namun putri sulung Presiden Soeharto itu mengimbau agar kenekatan yang dimiliki warga Surabaya, tidak merugikan orang lain. "Saya puji kenekatannya tapi mbok jalan yang benar, jangan mengambil atau merusak milik orang lain," katanya. Pengajian itu dihadiri Ketua DPD Golkar Jatim, Hudan Dardiri, Wali Kota Surabaya, Sunarto Sumoprawiro dan Ketua DPD Golkar Surabaya, Gembong Soeprojo. Sebelum tampil di Surabaya, Mbak Tutut telah bertemu dengan kader Golkar di Tuban dan Lamongan. KH Zainuddin MZ yang seyogianya hadir pada pengajian di Surabaya tersebut terpaksa berhalangan karena anggota keluarganya sakit di Jakarta. (ano/eta)