http://www.republika.co.id/9703/31/31XTUT.022.html Republika Online Senin, 31 Maret 1997 Mbak Tutut-Gus Dur-Hartono Hadiri Istighosah NU SEMARANG -- Fungsionaris DPP Golkar Siti Hardiyanti Rukmana mengingatkan agar bangsa Indonesia tidak terpecah belah hanya karena berebut perolehan suara dalam Pemilu 1997. Ia menyerukan agar seluruh lapisan masyarakat makin meningkatkan persatuan dan kesatuannya. "Jangan kita terpecah-pecah hanya untuk memperoleh suara terbanyak dalam pemilu," katanya di depan ribuan warga Nahdlatul Ulama se Jawa Tengah yang hadir dalam acara istighosah kubro di lapangan Simpang Lima, Ahad (30/3). Dalam acara yang digelar Pengurus Wilayah NU Jateng hadir Ketua Umum PB NU Abdurahman Wahid (Gus Dur), KSAD Jenderal TNI R Hartono, Menkop PPK Soebijakto Tjakrawerdaya, Gubernur Jateng Suwardi, dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Subagyo HS. Juga hadir A Karmani (ketua DPW PPP Jateng), Alip Pandoyo (ketua DPD Golkar), dan Soemario (Ketua DPP PDI). Mbak Tutut meminta agar seluruh bangsa Indonesia terus mempertebal keimanan dan ketakwaannya. Hal itu bisa menanggulangi pelbagai isu negatif yang akhir-akhir ini semakin merebak. Secara terbuka Mbak Tutut menjelaskan bahwa kehadirannya memang atas undangan Gus Dur. Kesediaannya hadir tak lain lantaran NU merupakan organisasi massa terbesar di Indonesia. Ia mengaku tidak tega jika NU yang telah besar ini dipecah belah. "Karena saat ini banyak juga isu-isu yang berusaha memecah belah warga NU," katanya disambut tepuk riuh hadirin. Kepada seluruh warga NU, Mbak Tutut meminta mereka agar berperan aktif dalam pelaksanaan Pemilu 1997. Ia mengatakan warga NU bebas mencoblos salah satu dari tiga organisasi peserta pemilu. "Silakan tentukan sendiri," katanya. Dalam sambutannya, Gus Dur memaparkan mengapa dirinya mengundang Mbak Tutut untuk bersilaturahmi dengan warga NU. Menurutnya, "Mbak Tutut adalah tokoh pemimpin masa depan Indonesia." Pernyataannya itu langsung disambut tepuk riuh massa NU yang datang dari 35 daerah tingkat II se Jateng. Gus Dur mengaku emosional dengan agitasi yang dilakukan oleh salah seorang ulama Semarang sehingga menyulut peristiwa kerusuhan di Pekalongan. "Sebab itu jelas bertentangan dengan khittah NU," katanya. Ia meminta warga NU tak menggubris ceramah-ceramah yang isinya melenceng tersebut. Menurutnya, apabila dalam Pemilu 1997 ada yang mengarahkan NU ke salah satu OPP berarti sangat bertentangan dengan khittah. Warga NU, katanya, bebas memilih OPP sesuai pilihan masing-masing dan semua itu bergantung pada kepandaian ketiga OPP untuk merayunya. Sebagai contoh ia menyebutkan ibunya yang menandatangani deklarasi berdirinya PPP ikut partai bintang, adiknya yang kepala rumah sakit di Jakarta Utara ikut Golkar, dan adiknya yang satu lagi ikut PDI. Untuk dirinya, Gus Dur mengatakan, itu rahasia perusahaan. Pada acara tersebut, Gus Dur sempat melontarkan "guyonan" terhadap KSAD. Ketika memberikan kata sambutan, ia tidak menyebut namanya. "Saya tidak menyebut nama R Hartono, karena dia adalah juga warga NU," katanya. Hal itu, katanya, adalah permintaan yang bersangkutan: dirinya datang bukan sebagai KSAD, tetapi warga NU. "Mintanya seperti itu, ya diberi seperti itu," ujarnya. "Saya sebenarnya ingin seperti Pak Dur -- maksudnya Gus Dur -- tetapi biar kita semua mendapat perlindungan keamanan, maka saya harus menyebut nama Jenderal Hartono," katanya.