Nomor 14/III, 22 Februari 1997 Manuver Gus Dur ABDURRAHMAN Wahid dikenal sebagai sebuah cermin dengan banyak sudut. Ia bisa disebut sebagai ulama, seniman, budayawan, pencinta musik klasik, dan juga seorang pengamat sepak bola yang baik. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang kaya dengan gagasan kontroversial. Karena itu ia bisa di mana saja dan sekaligus juga bisa saja ke mana saja. Gus Dur dengan enteng pernah mengusul- kan agar “assalamu’alaikum” diganti dengan “selamat pagi”. Pada hari yang sama bisa pula bercandaria dengan khalayak massa NU yang sudah menunggu lama dan menganggapnya seperti kiai yang memiliki karomah. Karena itu tak menghe- rankan jika pendapat-pendapatnya jauh menatap ke depan. Pada 1990, misalnya, ketika orang ramai membicarakan konglomerat, Gus Dur menawarkan perlunya dilakukan dialog nasional antara pengusaha besar dan si kecil. Ide ini ditolak pemerintah karena dinilai malah akan membesar-besarkan kesenjangan. Belakangan ini Gus Dur mengeluarkan “tembakan lain” menyusul musibah yang terjadi di Tasikmalaya dan Situbondo, yang merupakan basis kantong NU. Di forum terbuka Gus Dur menyebut Yayasan Humanika sebagai dalang kerusuhan. Pernyataan itu hingga kini masih mengepulkan asap. Gus Dur diadu- kan ke polisi, dan rencananya bakal diperiksa. Tapi rupanya Gus Dur tak begitu terganggu dengan pengaduan Humanika. Ia malah sempat membuat banyak pihak terbelalak ketika tiba-tiba bertemu dengan Mbak Tutut. Sebelumnya bahkan ternyata juga sempat bertemu dengan Kassospol Letnan Jenderal Syarwan Hamid. Orang pun lantas bertanya-tanya, nuansa politik apa lagi yang akan dimainkan lulusan Universitas Baghdad yang kontroversial itu? Gus Dur dan Nyonya Siti Hardijanti Rukmana mengatakan tak ada alasan politik apa pun yang melatarbelakangi pertemuan yang membawa hikmah itu. Kapuspen ABRI Brigadir Jenderal Amir Syarifuddin juga menyatakan pertemuan Kassospol dengan Gus Dur itu hanya silaturahmi. Namun banyak yang menilai Gus Dur kini tengah mendekati pusat kekuasaan. Orang boleh saja menganalisis dari berbagai sudut. Sebab, seperti halnya cermin dengan banyak sudut, tindakan Gus Dur memang bisa disimak dari berbagai sisi. Namun analisis bakal makin repot jika benar bahwa Gus Dur adalah tokoh yang bersegi banyak. Boleh jadi orang yang menafsir-nafsirkannya salah-salah malah bisa terbalik-balik sendiri. Iwan Qodar Himawan dan AB