Kompas, Sabtu, 8 Februari 1997, Jakarta, Jangan Salahkan Bila Orang Bersimpati pada Mbak Tutut Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (NU) mengemukakan, rencana pihaknya mengundang Ny Siti Hardiyanti Rukmana dalam acara-acara akbar NU, tidak ada kaitannya dengan situasi menjelang Pemilu. Pertemuan tersebut lebih merupakan acara silaturahmi yang menekankan kerukunan dan kekera- batan. “Tapi, kalau orang kemudian bersimpati sama beliau ya jangan disalahkan,” kata Gus Dur, seusai menyaksikan penandatanganan kerja sama proyek pembangunan lanjutan Gedung Serbaguna Muslimat NU, Jumat (7/2). Acara yang berlangsung di operation room Departemen Agama, Jakarta juga disaksikan Menteri Agama Tarmizi Taher, Direktur Utama BNI Widigdo Sukarman, dan pengurus Muslimat NU. Ny Siti Hardiyanti Rukmana, yang akrab dipanggil Mbak Tutut, secara resmi menangani kelanjutan pembangunan gedung yang didirikan di kawasan Pondok Cabe Jakarta, yang pembangunannya telah terbengkalai selama satu tahun karena kekurangan biaya. Pembangunan gedung yang bernilai Rp 2 milyar itu, sudah diselesaikan sekitar 60 persen oleh Muslimat NU di bawah pimpinan Ny A. Hamid Baidlowi. Pertemuan Gus Dur dengan Mbak Tutut memperoleh perhatian istimewa dari puluhan wartawan yang tak henti-hentinya mengabadikan peristiwa ini. Meski demikian, kedua tokoh ini tampak santai menghadapi jepretan kamera dan berondongan pertanyaan wartawan. “Wah wartawan senang ya, oplahnya pasti naik,” kata Menteri Agama yang disambut tawa oleh Mbak Tutut dan Gus Dur. Ketika ditanya wartawan seusai acara, mengenai rencana kunjungan Mbak Tutut ke pesantren-pesantren NU di daerah, Gus Dur mencoba meluruskan hal yang sudah ramai dibicarakan di media massa itu. “Ada yang salah ditangkap oleh koran. Yang saya sampaikan selama ini adalah apa yang saya ucapkan dalam rapat-rapat umum warga NU sejak dua tahun lalu, yaitu undangan bagi orang- orang Golkar untuk ke pesantren, termasuk Mbak Tutut. Tapi saya juga heran mengapa ramainya baru sekarang,” ujarnya. “Beliau (Mbak Tutut-Red) sudah memberi respons, yaitu beliau memilih tidak seperti itu. Karena keliling-keliling ke pesantren akan melelahkan. Beliau menawarkan bagaimana kalau ada beberapa event akbar yang dilakukan oleh NU di daerah, beliau hadir di situ. Maka kita undang beliau nanti untuk sila- turahmi akbar di Jawa Timur tiga kali, di Jawa Tengah dua kali, di DIY Yogya satu kali. Jadi ini bentuknya lebih efisien. Kapan mulainya saya tidak tahu. Silakan tanya beliau saja,” kata Gus Dur. Gus Dur juga menambahkan, bahwa rencana itu tidak ada kaitannya dengan situasi menjelang Pemilu. “Ini sifatnya hanya pertemuan kekerabatan. Tapi kalau orang kemudian bersimpati pada dia, ya jangan disalahkan,” ujarnya. Mbak Tutut ketika ditanya mengenai hal ini, hanya senyum-senyum saja. “Kok wartawan nanyanya itu,” katanya sambil tertawa. Peristiwa penting Dalam sambutannya, Gus Dur mengatakan, peristiwa ini sangat penting bagi Keluarga Besar Nahdlatul Ulama karena sejumlah alasan. Pertama, hal ini membuktikan adanya kerja sama yang baik antara berbagai pihak di negara ini yang memiliki kepedulian yang mendalam terhadap masalah-masalah agama. Kedua, peristiwa ini merupakan wujud dari perjanjian batin antara Mbak Tutut dengan pimpinan Muslimat NU, untuk saling membantu dalam bulan Ramadhan. “Bantuan seperti ini tentu memiliki nilai yang berbeda, karena setiap amal perbuatan yang baik di bulan Ramadhan akan mendapat perhatian khusus dari Allah SWT,” kata Gus Dur. Ketiga, upaya Departemen Agama untuk menjadi mediator kerja sama ini merupakan bukti bahwa pemerintah bisa mendorong kerja sama antara berbagai pihak di kalangan masyarakat. “Karena, maaf, pada umumnya pemerintah ingin berperan sendiri dan tidak membiarkan masyarakat satu sama lain bekerja sama untuk menjalankan peran mereka. Ini pertanda Menag orang yang bijak, yang tahu bahwa kerja sama antara pihak-pihak di masyarakat di luar pemerintahan, adalah sesuatu yang memang perlu difasilitasi oleh pemerintah,” katanya. Ketua Umum PBNU juga menyinggung semangat ibu-ibu Muslimat NU yang secara tradisional (gotong royong - Red) selama tiga tahun berupaya menyelesaikan pembangunan gedung tersebut dan saat ini penyelesaiannya sudah mencapai atap gedung. “Ini adalah luar biasa karena mereka sudah jungkir balik dan habis-habisan. Namun cara tradisional tersebut untuk bisa efektif harus bekerja sama dan mendapatkan bantuan dari sektor-sektor modern yang memiliki gerak cepat dalam dunia usaha,” kata Gus Dur. Tradisional tetap perlu Sedangkan Mbak Tutut dalam sambutannya mengatakan, pihaknya merasa bangga karena memperoleh kepercayaan untuk berbuat sesuatu bagi kaum wanita, khususnya bagi Muslimat NU. “Saya merasa hormat sekali terhadap kemauan keras kaum ibu tersebut. Memang cara tradisional saja kurang tepat, tetapi kalau dikombinasikan dengan cara yang modern akan lebih baik. Karena cara tradisional akan mengikat rasa persatuan dan kesatuan kita, sedangkan sisi modern sebagai penunjang terhadap apa yang telah dirintis oleh ibu-ibu tersebut,” katanya. Ia menambahkan, akan berupaya untuk menyelesaikan pembangunan gedung tersebut secepatnya, sehingga bisa digunakan bagi pendidikan kaum wanita. “Saya heran Pak Tarmizi kok ya tahu saja saya baru dapat rezeki, sehingga saya bisa beramal di bulan Ramadhan ini,” kata Mbak Tutut yang disambut riuh. “Mudah-mudahan gedung semacam ini tidak hanya ada di Jakarta saja, tapi di seluruh Indonesia. Tapi ya jangan dari saya saja, karena masih banyak sekali pengusaha yang ingin berpartisipasi untuk memberikan sebagian rizkinya untuk membantu saudara-saudara lainnya yang membutuhkan,” ujar Mbak Tutut. Sedangkan Menteri Tarmizi kembali menekankan pentingnya kesiapan bangsa ini dalam menghadapi dampak globalisasi. Dikatakan, untuk menjadi bangsa yang mampu berperan di percaturan internasional, dibutuhkan semangat kompetisi dan sumber daya manusia yang berkualitas. “Semoga dari gedung ini akan muncul pemimpin-pemimpin wanita dari NU,” ujarnya. (myr)